Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2013

Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Lebih Banyak Tisu

Gambar
Kadang sudah semangat berapi-api malah tertimpa sakit. Ada-ada saja hari ini. Sukses tubuh ini jarang sakit dalam beberapa bulan, masa harus mengalah dengan sakit pilek yang kecil.

Telur dan Mie

Gambar
Sukses dengan telur dan mie, kepercayaan diri tumbuh lagi untuk berkreasi kembali. Kali ini yang menjadi korban adalah mie goreng.

Nasi dan Telur

Gambar
Ada-ada saja kelakuan saya untuk menghemat keuangan. Demi menghemat, saya rela tidak makan siang dengan menggunakan uang. Malah bawa bekal sendiri dari rumah dan dibawa ke kantor. Menu sederhana sih, tapi cukup membuat kenyang. haha... rabu, 25 september 2013

Melawan Waktu dan Kata Hati

Gambar
Memang benar, keluar dari zona nyaman itu tidak enak. Seperti yang saya alami malam ini (24/9). Sendiri, sepi dan seolah mati rasa *kaki kebanyakan duduk. Disini, kantor dotsemarang, saya masih sendiri. Mencoba melawan waktu dan hati terkecil yang berkata, *ayoo pulang*. Melawan waktu itu seperti terkekang oleh kenikmatan. Mana ada pekerjaan yang sampai lembur harus dikantor kecuali orang bodoh yang terus meyakini keyakinan yang masih gamang alias tidak tentu. Melawan waktu ibarat juga, meninggalkan waktu makan malam. Padahal siang belum ada makan kecuali teh manis sambil ditemani para gadis. Terkahir, melawan kata hati. Ini paling berat dalam sebuah karir seseorang. Bagaimana kasur memanggil untuk ditiduri. Bagaimana rasa sendiri yang menyelimuti yang menginginkan kehadiran banyak orang disekitar. Semua itu saya lawan malam ini. Demi apa....?? Demi dotsemarang, itu saja. Demi buku-buku yang bertebaran dilantai kantor ini Demi pekerjaan yang kini tidak sesederhana...