Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2013

Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

13.00

Gambar
Kipas angin masih saja setia berputar tanpa henti. Suara lagu mulai galau disiang hari. Entah, siang ini ada apa dengan matahari yang begitu menyengat. Seolah lupa, dibumi ada saya yang sedang berusaha berjuanga mencari keadilan sebagai laki-laki.

Keteteran Juga!

Gambar
Pagi Menerjang, seolah tertelanjangi. Duh, kebangun dipagi hari itu dah biasa, tapi kalau kebangun di kantor ini, kok jadi aneh. Badan kok remuk semua. Niatnya berkonsentrasi malah hidup kayak terasi, sepi dan basi.

Akhirnya, Tinggal Berdua

Gambar
Saya bangga sekali dengan apa yang saya kerjakan. Membangun kerajaan saya sendiri seperti mereka, orang-orang hebat yang udah berbuat. Saya kagum dengan google yang katanya saat berdiri dimulai dari garasi rumah. Rintangan terus mereka dapatkan, dan sekarang? Lihat saja, siapa mesin pencari raksasa saat ini. Jadi ingat waktu ditelpon orang rumah, khususnya ibu. Orang yang paling berharap anak-anaknya menjadi berguna meski dideadline untuk lulus dahulu. Saya hanya bilang, ini lho saya punya kantor sendiri dengan belasan orang didalamnya. Mereka bukan sekedar bekerja tapi mengikat diri sebagai keluarga. Waktu ternyata berlalu tanpa malu. Bulan Maret 2013, tepat ulang tahun dotsemarang. Saya sekarang cuma berdua. Orang-orang yang begitu dibanggakan kini hanyalah sebuah status di timeline atau photo kenangan yang tersimpan rapi di album facebook. Entahlah, semua orang berhak mengklaim diri mereka adalah benar. Tapi tak pernah ada yang merasa ada bersama dengan dotsemarang....

Kantor Kebanjiran, Syukurlah!

Gambar
Semarang benar-benar masuk dunia dalam berita. Istilah yang populer digunakan dalam sebuah program televisi, dunia dalam berita, di era TVRI masih mendunia. Kemarin, perjalanan hari kedua dibulan Maret (1/3), kota ini diserang banjir dimana-mana. Alhasil, kantor dotsemarang juga ikut kebanjiran. Semua berawal dari sore yang begitu indah. Tak begitu banyak orang memprediksi, kota industri ini akan dihinggapi banjir yang cukup besar. Lupakan berita beberapa hari kemarin kala stasiun Tawang kebanjiran, tapi banjir ini, pertama kalinya mengungguli daftar klasmen sementara untuk paling besar. Dampaknya, saat saya pulang ke rumah *sendiri, jalanan yang lempeng menjadi bergelombang. Ah, mungkin ini hanya disini saja. Saya sampe lupa kalau kantor akan terkena dampaknya. Sabtu pagi (2/3), saya seperti biasa datang ke kantor sekedar menuntaskan tugas sebagai blogger. Pemandangan yang tak biasanya cukup membuat perasaan was-was. Kasur, lemari dan beberapa perangkat lainnya ada dilua...