Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Akhirnya, Tinggal Berdua



Saya bangga sekali dengan apa yang saya kerjakan. Membangun kerajaan saya sendiri seperti mereka, orang-orang hebat yang udah berbuat. Saya kagum dengan google yang katanya saat berdiri dimulai dari garasi rumah. Rintangan terus mereka dapatkan, dan sekarang? Lihat saja, siapa mesin pencari raksasa saat ini.

Jadi ingat waktu ditelpon orang rumah, khususnya ibu. Orang yang paling berharap anak-anaknya menjadi berguna meski dideadline untuk lulus dahulu. Saya hanya bilang, ini lho saya punya kantor sendiri dengan belasan orang didalamnya. Mereka bukan sekedar bekerja tapi mengikat diri sebagai keluarga.

Waktu ternyata berlalu tanpa malu. Bulan Maret 2013, tepat ulang tahun dotsemarang. Saya sekarang cuma berdua. Orang-orang yang begitu dibanggakan kini hanyalah sebuah status di timeline atau photo kenangan yang tersimpan rapi di album facebook.

Entahlah, semua orang berhak mengklaim diri mereka adalah benar. Tapi tak pernah ada yang merasa ada bersama dengan dotsemarang. Saya harus menerima konsekuensi atas apa yang saya perbuat setelah berperang dengan kejelasan siapa saya.

Saya banyak belajar sekarang, ternyata tak pernah ada orang yang setia. Bahkan, keluarga kandung sendiri. Semua ingin dimengerti tanpa berbuat diri. Intinya adalah harga diri paling tinggi.

Bismillah, semoga ini adalah kekuatan terakhir saya untuk terus berjuang. jangan lagi terkikis akan kebodohan diri sendiri. Saya masih ingat dengan apa yang dikatakan presiden Amerika, "jangan selalu meminta yang terbaik dari negaramu, tapi berikanlah yang terbaik untuk negaramu"!

Selamat ulang tahun dotsemarang yang ketiga.
Semoga semua yang datang merayakanmu bukan karena mereka percaya kamu tapi karena mereka tahu kamu adalah bagian mereka dulunya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift