Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Rehat Dulu Bulan Puasa


Akhirnya, lantai kantor ini bersih juga setelah beberapa hari tidak didatangin. Maklum, ini bulan puasa dan agak malas. Seharusnya tambah semangat sih, tapi mau gimana lagi. Udah pewe dirumah sendiri.

Hanya ada suara tv yang sedang menyiarkan berita dan suara kipas yang paling berisik diantaranya. Selain saya yang ada disini, tak ada lagi suara-suara tawa dan ketak-ketik bunyi keyboard. Kini, kantor ini sudah berdebu. Seperti ditinggal penunggunya.

Ismi direhatkan dulu

Siapa yang tak kenal Ismi sekarang ini dimanapun ia berada kecuali mereka yang belum kenal dotsemarang atau kofindo. Sebelum puasa, dengan berart hati, saya harus merehatkan ia sejenak. Wanita berjilbab ini saya suruh fokus kuliah untuk satu semester. Itu artinya, aktivitasnya bersama dotsemarang terhenti saat ini termasuk kegiatan kofindo.

Sebenarnya banyak faktor yang membuatnya saya rehatkan sejenak. Rehat disini bukan berarti menghilangkan ia dari daftar nama di dotsemarang cuma benar-benar istirahat dari rutinitas. Saya tidak mau kehilangan orang hebat lagi setelah ibu kofin sebelumnya mengundurkan diri dari segala hal aktivitas dotsemarang dan kofindo.

Ismi tetaplah ismi, orang yang mau belajar dan terus berusaha. Semangat yah, selama puasa.

Amar, yang hampir tak saya kenal lagi

Katanya, semakin dekat seseorang, hubungan itu bisa memberikan ruhnya untuk dibagi. Ternyata itu tidak berlaku. Amar yang sudah 1 tahun bersama saya, satu rumah dengan keluarga saya bukannya membuatnya menambah semangatnya malah saya tidak mengenalnya lagi kini.

Puasa benar-benar menghilangkan dirinya dari peredaran. Jangankan ke kantor, ngebantu pun hanya sekedarnya ketika ia disuruh atau lagi tidak stres. Saya makin percaya dengan apa yang terjadi di Jakarta beberapa tahun lalu. Sikapnya semakin menegaskan kalau amar tidak bisa konsisten sama sekali.

Saya sudah cukup lelah untuk melihat hidup saya 5 tahun belakangan. Bagaimana kehidupan dirumah berbanding terbalik dengan kehidupan saya dan keluarga saya. Satu hidupnya dari pagi sampai sore, dan satu lagi hidupnya dari malam - pagi.

Masalah pertemanan sudah cukup makan garam. Kini, Amar seolah menambah beban itu menjadi sempurna. Ketika saya bangun, ia sudah tidur. Hidupnya seolah kalong yang beredar di malam hari dan tidur di siang hari.

Sungguh, saya bingung sendiri. Apakah benar yang saya lakuin di waktu kemarin saat mengajaknya bergabung bersama dotsemarang hingga ia benar-benar tinggal di Semarang atau ini hanyalah ujian bagaimana mewujukan mimpi dari visi dan misi saya bersama dotsemarang.

Kini, hanya sebuah mimpi

Melihat isi kantor hari ini, saya berpikir apakah bisa bertahan beberapa waktu kedepan. Kuliah yang sudah ditinggal, kehidupan yang mulai janggal. Kerja begitu indah bagi saya. Tapi lama-kelamaan saya juga merasa lelah rasanya.

Liputan sendiri, kemudian menulis, edit foto, memanage akun media sosial, mengisi beberapa kehidupan blog dan memanage event serta yang berhubungan dengan dotsemarang. Semua dilakukan sendiri.

Jadi, benarkah saya hanya tinggal menghitung waktu untuk merasa bosan dan merasa lelah sendiri.

Saya tidak bisa menyalahkan banyak orang yang pernah ikut nyempung dalam mimpi saya. Mungkin mimpi saya aja yang terlalu tinggi hingga tidak banyak yang mampu menggapainya.

Sudahlah, ini hanya sebuah curhat saya hari ini. Melepaskan penat di kepala dan berharap besok segar kembali.

*semoga saya tidak berdebu seperti kantor saya yang tidak ada penghuninya sekarang, kecuali saya datang.

Selamat berpuasa, rehat dulu yah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions