Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Amar, Selalu Tidak Konsisten


Posisinya tidak jelas dan terkadang bingung sendiri. Ini bukan karena saya memberikan posisi itu sembarang, tapi karena dia sendiri yang gak bisa konsisten. Amar adalah rekan dan sahabat saya sejak berdirinya dotsemarang.

Namun saat dotsemarang resmi berdiri 2010, dia pindah ke Jakarta untuk bekerja dan kuliah. Beberapa kali berkegiatan di Jakarta, Amarlah yang membantu saya dan teman-teman menemani perjalanan saya disana. Memberi petunjuk arah dan bahkan memberi penginapan. Dari rasa kebersamaan tersebut, mulailah saya ajak dia kembali ke Semarang.

Tahun 2012, ia resmi kembali ke Semarang dan saya masukkan ke dotsemarang. Dari dialah, saya mulai serius menggarap dotsemarang. Kami sudah punya kantor dan merubah komunitas menjadi manajemen. Posisinya waktu itu adalah bagian offline yang pekerjaannya menerima undangan dari komunitas lain.

Seiring waktu, saya terus mencobanya di berbagai posisi. Ini dikarenakan setelah dotsemarang memiliki manajemen, banyak orang komunitas satu persatu pergi melepaskan diri meski mereka tak keluar.

Tinggallah saya, Amar, Ismi, Rois dan Mariana waktu itu (2012). Amar jugalah yang mau memberi modal dana untuk mengembangkan dotsemarang yang ia bawa dari kota asalnya, Bumiayu. Saya senang bisa mendapat dana segar untuk kemajuan dotsemarang waktu itu termasuk tempat dia juga sekaligus kos.

Dan jadilah kantor dotsemarang yang sebenarnya itu adalah kos nya amar. Waktu terus berlalu dan beberapa orang keluar lagi seperti Mariana dan Rois. Amar sudah berada di rumah saya untuk saya fokuskan kos nya menjadi kantor.

Tahun 2013,

Amar ternyata masuk kuliah dan harapan saya untuk membuat dotsemarang terkendala karenanya. Amar adalah orang harapan saya termasuk Ismi untuk membangun dotsemarang. Rupanya gara-gara kuliah, Amar mulai tidak fokus dan bahkan meninggalkan pekerjaannya.

Saya pikir itu adalah wajar mengingat pertama kuliah. Namun tanpa disadari, penyakit inkonsistensinya tak kunjung baik. Ia tetap tak punya greget membangun dotsemarang dan malah jarang ke kantor. Saya sering marah kepadanya meski ia tahu kemarahan saya ada maksudnya.

Begitulah Amar, orang yang cukup berjasa untuk dotsemarang namun cukup melelahkan juga untuk saya. Jika harus memilih, saya lebih suka bekerja sendiri ketimbang mengurusi orang seperti Amar yang tak kunjung berubah. Bahkan tak pernah menyentuh meja manajemen sama sekali.

Kelebihannya dari Amar adalah cara pola berpikirnya yang penih pertimbangan. Tipenya adalah pemikir tapi sulit bertindak. Sering kali saya mempertimbangkan keputusan saya karenanya.

Begitulah Amar, bahkan sampai ia sendiri menjuluki dirinya penasehat. Semoga tulisan ini bukan untuk menjatuhkan tapi untuk memulai menuliskan sejarah bagi dotsemarang.

📝 Diperbarui tanggal 19 Juni 2023.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh