Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Pengalaman Pertama: Bermain dengan Pesepakbola Perempuan

Gambar
[ Artikel 10#, kategori mini soccer ] Ini kali pertama saya dalam satu lapangan dengan pemain sepak bola perempuan. Bukan, ini bukan obsesi atau cara mencari pasangan. Sejak 2023, saat saya meliput turnamen futsal perempuan , ada keinginan kecil yang muncul untuk bisa berdampingan dengan mereka di lapangan. Dan akhirnya, keinginan itu terwujud juga. Saya beruntung mendapatkan kesempatan bermain mini soccer yang diselenggarakan oleh salah satu merek minuman kesehatan pada bulan Juli lalu . Beberapa pemain perempuan ikut memeriahkan acara ini. Harapan Awalnya, semangat saya sempat memudar. Saya bermain tidak di posisi kiper, dan entah mengapa, harapan yang saya lihat di tahun 2023 seolah tidak sesuai dengan realitas di lapangan mini soccer ini. Umpan yang saya kirim seringkali tidak sampai, begitu juga dengan bola yang saya terima. Mungkin ekspektasi saya saja yang terlalu tinggi, menganggap semua pemain—baik pria maupun perempuan—memiliki kualitas yang sama. Atau, mungkin memang kemampu...

Pekerjaan Baru di Rumah

Gambar
[ Artikel 84#, kategori rumah ] Ada-ada saja yang terjadi di rumah akhir-akhir ini. Ketika kita ikut menikmati suasana, mau tak mau harus patuh pada aturan tak tertulis yang dinamakan "kedewasaan". Menolak? Bersiaplah menghadapi sanksi sosial yang kadang lebih pedih dari kata-kata. Setelah belasan tahun tinggal di Semarang, saya tak pernah menyangka arah angin akan berubah begitu drastis. Penghuni baru datang, mengakuisisi ruang yang dulu begitu akrab. Dari sekadar tamu, kini mereka menjadi tuan rumah.  Dinamika berubah, dan saya, yang terbiasa dengan harmoni yang sudah tercipta bersama orang-orang dekat, mendadak merasa seperti orang asing di rumah sendiri. Benar kata orang, perempuan memang sulit ditebak. Apalagi di era sekarang, ketika logika dan perasaan sering bertabrakan. Mungkin karena mereka makhluk perasa?  Atau karena saya, seorang Cancer yang sensitif, justru mudah terseret arus emosi mereka? Entah kenapa, saya merasa klop sekaligus kewalahan menghadapi gelomba...

Real Madrid Tumbang di Tangan PSG: Apes, Jumawa, atau Xabi Alonso Belum Matang?

Gambar
[ Artikel 83#, kategori Real Madrid ] Fans Real Madrid dihadapkan realitas antara sadar diri karena baru dilatih pelatih baru yang seumur jagung atau setuju bahwa PSG sedang bagus-bagusnya usai memenangi Liga Champions untuk pertama kalinya. Dua hal tersebut yang mungkin membuat klub putih ini gagal melangkah ke final turnamen FIFA Club World Cup 2025. Pelajaran penting buat fans yang ingin melihat Real Madrid langsung ngegas sejak diambil alih Xabi Alonso sebagai pelatih. Memang kemampuan pemain Madrid tidak perlu dipertanyakan, hanya saja sikap mereka yang terlalu jumawa bisa jadi alasan terbesar mereka gagal kali ini. Dibantai PSG Los Blancos, sang raja Eropa, kandas di semifinal FIFA Club World Cup 2025 kemarin setelah dibantai PSG dengan skor telak 4-0. Iya, empat gol! Realitas pahit ini bikin kita bertanya: ini gara-gara Xabi Alonso masih hijau sebagai pelatih, atau PSG memang lagi di puncak kejayaan setelah akhirnya angkat trofi Liga Champions pertama mereka? Atau jangan-jangan...

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Demi Sebuah Kesempatan Bermain Bola di POJ Semarang, Saya Bersepeda dari Rumah

Gambar
[ Artikel 9#, kategori mini soccer ] Malam itu, jam 11 malam, tiba-tiba ponsel saya berdering. Jantungan! Apalagi malam-malam begini, pikiran langsung teringat kabar buruk dulu soal almarhumah Ibu masuk rumah sakit. Tapi begitu melihat nama penelepon, ternyata rekan futsal.  Saya hubungi lewat WhatsApp, dan setelah balas-balasan pesan, dia menelepon lagi. Katanya ada slot kosong untuk main bola di lapangan POJ Semarang, iurannya sudah dibayar, sayang kalau dilewatkan. Saya sempat dilema. Jarak rumah ke POJ jauh banget, 12-14 km! Beda jauh sama lapangan futsal biasa yang dekat. Apalagi pemberitahuannya mendadak, mainnya jam 6 pagi, tinggal hitungan jam.  Dompet lagi kosong, naik Trans Semarang jelas mustahil—mana ada bus jam 5 pagi? Kalaupun ada, pasti lambat karena berhenti di setiap halte. Dari halte Marina ke lapangan POJ pun masih harus jalan kaki lumayan jauh. Tapi, rekan futsal ini baik banget. Beberapa kali dia mengantar saya pulang kalau main di lapangan jauh. Rasa horm...

Akhirnya Punya Jersey Real Madrid

Gambar
 [ Artikel 82#, kategori Real Madrid ] Sejak David Beckham ninggalin Manchester United buat gabung ke Real Madrid, hati ini udah kepincut sama klub ibu kota Spanyol itu. Apalagi pas Cristiano Ronaldo datang dan ngegol abis di lapangan, makin mantap deh jadi fans Los Blancos.  Tapi, jujur aja, selama ini saya cuma fans "abal-abal". Bukan apa-apa, saya nggak punya jersey Real Madrid satupun! Bayangin, ngaku-ngaku Madridista, tapi atribut di badan? Nol besar. Linimasa X selama lima tahun terakhir rame banget, apalagi pas Madrid ngegondol hat-trick Liga Champions. Kisah epik mereka di lapangan kayak dongeng yang bikin fans, termasuk saya, kegirangan.  Tapi, tiap buka X, lihat Madridista lain pamer jersey, foto di Bernabéu, atau sekadar flex atribut klub, saya cuma bisa nyengir kecut. Soalnya, kalau ngaca, saya kayak suporter yang “katanya” paling sejati, tapi nggak ada bukti fisiknya. Malu-maluin, kan? Hadiah Tak Terduga dari Rekan Futsal Hari itu, habis main fut...

Futsal Perdana Juli 2025: Intens Banget, Sampai Sepatu Jebol! Waktunya Sol Baru?

Gambar
[ Artikel 172#, kategori futsal ] Malam Selasa kemarin, (1/7), futsal perdana bulan Juli bener-bener bikin jantungan. Intens, seru, tapi juga bikin dompet merintih—sepatu jebol! Beberapa wajah baru muncul di lapangan, bawa angin segar sekaligus petaka buat gawang yang dijaga.  Anak-anak ini mainnya penuh percaya diri, gocek sana-sini, umpan-umpan cantik, kayak penutup opening ceremony Olimpiade. Tapi, ya Tuhan, begitu bola lepas dari kaki mereka, gawangku jadi sasaran empuk lawan. Saya berdiri sendirian di belakang, cuma bisa pasrah lihat bola nancep berkali-kali. Awalnya, saya begitu optimis. Permainan mereka beda level, serius. Gerakan lincah, passing akurat, kayak lagi nari di tengah lapangan dengan penonton yang histeris. Ini dia, pikirku, futsal Juli bakal diawali dengan showtime!  Tapi, mimpi indah cuma bertahan sebentar. Lawan yang kami hadapi bukan kaleng-kaleng. Gawang mereka sih kena gebuk habis-habisan, tapi begitu bola direbut, anak-anak baru ini lupa pulang buat b...

Halo, Juli 2025: Titik Nol dan Harapan Baru

Gambar
[ Artikel 153#, kategori catatan ] Juli tiba, membawa udara baru yang seakan berbisik, “Ayo, mulai lagi.” Bulan Juni kemarin meninggalkan jejak yang sulit dilupain. Tawa keluarga besar yang datang ke Semarang untuk IdulAdha masih terngiang.  Dapur penuh makanan lezat—yang bikin timbangan ngeluh—dan momen seru yang bikin waktu terasa cepat berlalu, meski capeknya juga nggak main-main. Pemilik rumah, maksudku keluarga besar, benar-benar membawa warna dan kehangatan yang bikin hati penuh. Tapi sekarang, kembali ke titik nol. Juli membentang luas di depan, seperti jalan panjang yang penuh tanda tanya. Apa yang menanti? Cerita bahagia atau ujian baru? Entah apa pun itu, bulan ketujuh ini istimewa.  Ini bulan kelahiranku, Cancer yang katanya penuh perasaan. Dan di tengah semua ketidakpastian, aku cuma ingin satu hal: tetap sehat dan bahagia. Berlari di Lapangan, Berlari dari Waktu Ritme hidupku akhir-akhir ini makin kencang. Ajakan main mini soccer makin sering, sampai kadang lupa ...