Pria Tidak Berdaya

[Artikel 9#, kategori mini soccer] Malam itu, jam 11 malam, tiba-tiba ponsel saya berdering. Jantungan! Apalagi malam-malam begini, pikiran langsung teringat kabar buruk dulu soal almarhumah Ibu masuk rumah sakit. Tapi begitu melihat nama penelepon, ternyata rekan futsal.
Saya hubungi lewat WhatsApp, dan setelah balas-balasan pesan, dia menelepon lagi. Katanya ada slot kosong untuk main bola di lapangan POJ Semarang, iurannya sudah dibayar, sayang kalau dilewatkan.
Saya sempat dilema. Jarak rumah ke POJ jauh banget, 12-14 km! Beda jauh sama lapangan futsal biasa yang dekat. Apalagi pemberitahuannya mendadak, mainnya jam 6 pagi, tinggal hitungan jam.
Dompet lagi kosong, naik Trans Semarang jelas mustahil—mana ada bus jam 5 pagi? Kalaupun ada, pasti lambat karena berhenti di setiap halte. Dari halte Marina ke lapangan POJ pun masih harus jalan kaki lumayan jauh.
Tapi, rekan futsal ini baik banget. Beberapa kali dia mengantar saya pulang kalau main di lapangan jauh. Rasa hormat itu yang bikin saya akhirnya bilang, “Oke, saya datang!” Lagipula, kapan lagi main di lapangan sekeren POJ? Kesempatan nggak datang dua kali.
Bersepeda Subuh: Petualangan Dimulai
Jam 5 pagi, setelah sholat Subuh dan menyelesaikan beberapa urusan, saya mulai mengayuh sepeda dengan tekad bulat. Jarak 12-14 km bukan main-main, apalagi ini pertama kalinya saya bersepeda ke POJ. Google Maps bilang kalau naik motor cuma 24-25 menit, tapi sepeda? Entah berapa lama!
Setengah jam kemudian, saya sampai di Tugu Muda. Saya kayuh santai sambil menikmati udara pagi Semarang yang sejuk. Saya yakin paling lambat jam 6 sudah dekat lokasi.
Tapi, pas jam 05:54 sampai di halte Marina, saya sadar perkiraan meleset. Tinggal beberapa menit lagi kick-off! Dengan napas ngos-ngosan, akhirnya jam 06:06 saya tiba di Kick-Off Soccer Field POJ.
Sinar matahari pagi yang keemasan jadi kado terindah setelah perjuangan ini. Para pemain sudah asyik bermain, dan saya langsung gabung.
Bukan Kiper, Alhamdulillah!
Salah satu alasan saya semangat datang adalah karena rekan futsal bilang saya nggak perlu jadi kiper. Biasanya saya selalu jadi kiper, baik di futsal maupun mini soccer.
Jujur, saya suka semua posisi, tapi kalau boleh milih, mending lari-larian di lapangan ketimbang berdiri di gawang. Main di lapangan POJ yang luas ini bikin adrenaline naik—rasanya kayak main di lapangan sepak bola beneran!
Pulang: Menderita Tapi Puas
Selesai main jam 8 pagi, badan sudah remuk. Bersepeda 12-14 km untuk berangkat udah melelahkan, main bola di lapangan besar bikin tenaga terkuras tiga kali lipat, dan sekarang harus kayuh lagi 12-14 km untuk pulang. Panas matahari Semarang mulai menyengat!
Di dekat lapangan, ada Pantai Marina dan PRPP yang lagi ada Jateng Fair. Awalnya saya kepikiran mampir, sekalian cari inspirasi untuk nulis di blog dotsemarang. Tapi pas lihat jam udah lewat pukul 9, badan rasanya nggak kuat. Panas, capek, dan haus bikin saya memutuskan, “Pulang saja deh.”
Refleksi: Badan Capek, Hati Senang
Kalau cuma bersepeda 12-14 km, mungkin biasa saja—saya pernah kayuh sampai bandara! Tapi kali ini beda. Berangkat jauh, main bola dengan tenaga full, lalu pulang lagi dengan badan remuk?
Itu tantangan beneran. Andai punya motor, mungkin nggak sesakit ini. Tapi di balik capeknya, ada kepuasan tersendiri. Bisa sampai POJ, main bola di lapangan keren, dan nggak jadi kiper—worth it banget!
Pesan buat diri sendiri: Sehat-sehat ya, badan. Umur udah nggak muda lagi, tapi semangat harus tetap 17 tahun!
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar