Catatan
Frei FC: Mini Soccer, Jajanan Tradisional, dan Semangat Bapak-Bapak Muda
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
[Artikel 7#, kategori mini soccer] Senin, 12 Mei 2025, menjadi momen spesial bagi rekan-rekan mini soccer Frei FC. Hari Raya Waisak yang jatuh sebagai hari libur nasional dimanfaatkan betul untuk bermain. Sesuai namanya, Frei FC memang hanya turun ke lapangan saat hari libur nasional, membuat setiap pertandingan terasa seperti acara istimewa. Mari berkenalan dengan tim yang penuh semangat ini!
Frei FC punya daya tarik tersendiri. Bukan cuma soal sepak bola, tapi juga koordinator tim yang selalu bawa jajanan tradisional setiap kali main. Dari klepon sampai getuk, kehadiran jajanan ini jadi ciri khas yang bikin suasana hangat. Bukan hanya dihormati teman-temannya, koordinator ini juga punya semangat berbagi yang menular. Nama "Frei FC" sendiri unik—tim ini hanya main di hari libur nasional, membuat setiap pertandingan terasa seperti momen spesial.
Awalnya, saya diajak gabung oleh rekan futsal. Jujur, saya kaget saat tahu jadwal mainnya jam 6 pagi! Biasanya, futsal itu malam hari, jadi ini pengalaman baru. Tapi, karena diayomi dan difasilitasi, saya ikut saja dengan rasa penasaran.
Bapak-Bapak Muda yang Dinamis
Komposisi pemain Frei FC tidak pernah pasti. Ada kerangka tim inti, tapi tiap pertandingan selalu muncul wajah baru—entah diajak teman atau datang membawa kenalan lain. Seru, seperti reuni dadakan. Sebagian besar pemain adalah bapak-bapak muda, rata-rata pekerja dan sudah berumah tangga.
Saya pernah ngobrol dengan salah satu anggota yang baru saja jadi ayah. Wajahnya penuh semangat saat cerita tentang anak pertamanya yang baru lahir beberapa hari sebelumnya. Bahagia sekali, katanya.
Saya sendiri? Masih single, belum laku-laku. Tapi, jujur, itu justru bikin saya bebas pulang ke rumah tanpa "beban" setelah main bola. Beda dengan mereka yang harus bagi waktu antara kerja, keluarga, dan hobi.
Orang-Orang Luar Biasa
Bagi saya, baik tim futsal maupun mini soccer ini adalah kumpulan orang-orang luar biasa. Bisa menyisihkan waktu untuk hobi seperti main bola, di tengah kesibukan kerja dan tanggung jawab keluarga, bukan hal mudah. Waktu mereka sudah tersita untuk mencari nafkah dan menemani anak-anak, tapi mereka masih sempat menendang bola di lapangan.
Saya pernah mengajak teman lama untuk ikut gabung. Dulu, dia jago banget main di kampus. Tapi sekarang, dia bilang sulit. Anaknya masih bayi, dan keluarga jadi prioritas utama. Saya bisa bayangkan betapa beratnya dia menahan keinginan untuk main lagi demi tanggung jawabnya. Kalau saya di posisinya, rasanya juga bakal sulit. Mungkin ini yang namanya "hikmah" jadi single, pikir saya sambil tertawa kecil.
Salut untuk yang Tetap Berhobi
Main bola di zaman sekarang bukan cuma soal stamina, tapi juga dompet. Biaya sewa lapangan, bensin, atau sekadar ngopi setelah main bisa jadi pengeluaran tak terduga—apalagi buat saya yang penghasilannya masih naik-turun. Makanya, saya salut sama bapak-bapak ini. Mereka bukan cuma menjaga hobi, tapi juga semangat hidup, kesehatan, dan kebersamaan, sambil tetap menjalankan peran sebagai ayah dan suami.
Sehat selalu, para bapak hebat! Terus tendang bola, dan semoga jajanan tradisional itu nggak pernah absen dari lapangan!
Artikel terkait :
- Semangat Bapak-bapak Bermain Mini Soccer!
- Futsal Hari Kamis : Mini Soccer-an Dulu
- Pertama Kali Main di Orso Mini Soccer Semarang
- Mendadak Mini Soccer di Pengujung Akhir Tahun 2024
- Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar