Catatan
Di Balik Layar: Cerita Silaturahmi di Bale Kompi
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
[Artikel 34#, kategori Dibalik Layar] Saya selalu kagum sama tim pemasaran bisnis lokal, apalagi tempat ngopi atau makan yang jeli memperhatikan keberadaan mereka di dunia maya. Ketika ada konten yang menyebut nama mereka, mereka nggak cuma diam—malah mengundang kreatornya kalau dirasa potensial. Itu bentuk apresiasi yang menurutku luar biasa, apalagi buat bisnis yang nggak “nyuruh” bikin konten dari awal.
Awal Mei lalu, DM Instagramku kedatangan pesan dari akun yang asing tapi familiar: Bale Kompi, kedai kopi baru di Jolotundo, Semarang. Mereka ngundang saya buat mampir, katanya sebagai terima kasih karena saya pernah nulis soal mereka di media sosial. Senang? Jelas! Saya langsung balas, sepakati hari, dan siap-siap buat silaturahmi.
Hari yang ditunggu tiba. Matahari sudah tenggelam, suasana Semarang mulai adem. Beruntung, Bale Kompi cuma sepelemparan batu dari rumah—cukup naik sepeda, nggak perlu mikirin ongkos. Kalau lokasinya di Semarang Atas atau jauh dari Simpang Lima, mungkin saya bakal mikir dua kali, apalagi dompet lagi seret, haha.
Sampai di Bale Kompi, aroma kopi langsung menyapa. Tempatnya cozy, dengan lampu hangat dan sofa empuk yang bikin betah. Tapi, ternyata nggak ada koordinasi antara admin yang ngundang dan pegawai di lokasi. Jadi, saya harus konfirmasi ulang maksud kedatangan. Nggak apa, saya bukan tamu VIP yang perlu sambutan karpet merah. Cukup duduk manis sambil nikmatin suasana.
Setelah dikonfirmasi, saya diajak ngobrol sama salah satu barista, sebut saja Mas Fiki, yang juga penanggung jawab. Nggak lama, datang lagi seseorang yang lebih senior—mungkin owner atau manajer. Mereka bilang terima kasih atas postingan saya, meski saya sendiri merasa konten itu biasa aja. Tanpa sadar, obrolan kami mengalir panjang, dari soal kopi sampai visi mereka bikin Bale Kompi jadi tempat nongkrong favorit anak muda.
Apresiasi yang Menyentuh
Yang bikin saya takjub adalah ketulusan mereka. Bukan cuma traktiran segelas kopi (yang rasanya juara, by the way), tapi cara mereka menghargai usaha kecil saya sebagai blogger. Mereka cerita soal perjuangan merintis bisnis di tengah persaingan ketat, dan bagaimana mereka selalu “nyari” peluang, termasuk dari postingan sederhana kayak punya saya. Itu bikin saya merasa apa yang saya lakukan di dotsemarang—menjadi jembatan buat cerita lokal—ada artinya.
Di era informasi yang super cepat ini, membangun bisnis mungkin terdengar gampang, tapi mempertahankannya? Jauh lebih sulit. Bale Kompi membuktikan bahwa melihat peluang sekecil apa pun, seperti postingan blogger kecil, bisa jadi langkah besar. Saya pulang dengan hati hangat, bukan cuma karena kopinya, tapi karena semangat mereka yang menular.
Sekilas Catatan
Sambil nulis ini, saya kepikiran fenomena menarik di salah satu platform media sosial. Banyak kreator dan pelaku bisnis kecil saling “menawarkan diri” di sana, membuka peluang kolaborasi yang seru. Kapan-kapan, saya ingin bahas ini lebih dalam. Buat sekarang, terima kasih Bale Kompi atas silaturahminya. Semoga tetap jadi rumah kedua buat anak muda Semarang!
Artikel terkait :
- Bale Kompi: Kedai Kopi Baru di Jolotundo, Semarang yang Wajib Dikunjungi
- Dibalik Layar Liputan Arak-arakan Dudgderan 2025
- Dibalik Layar Makan Bakso Alex Cabang Semarang
- Berburu Nasi Kotak di GIIAS Semarang 2024
- Lainnya
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar