Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Semangat Bapak-bapak Bermain Mini Soccer!

[Artikel 6#, kategori mini soccer] Awal bulan Mei tidak mengira akan seberuntung ini bisa berpartisipasi bermain mini soccer. Apalagi penanggalannya berwarna merah. Yang berarti sebagian orang-orang seharusnya bisa liburan di rumah.

Namun yang terjadi, pagi-pagi sekali saya sudah tiba di lapangan mini soccer Semarang atas. Tim yang punya nama Frei FC memang selalu memanfaatkan hari libur dalam berkegiatannya.

Kami bermain jam 6 pagi sampai jam 8 menjelang sedikit siang. Waktu yang penuh semangat ditambah udara segar perbukitan yang berada di sekitar kawasan Candi Golf.

Menolak menyerah

Jika paginya sebagian besar adalah bapak-bapak muda antara 30-40'an. Maka malam harinya, kembali lanjut main mini soccer, kurang lebih sama. Namun ada satu bapak-bapak yang mencuri perhatian saya.

Beliau sudah berumur 55 tahun. Datang bersama putranya yang mungkin umur 25'an atau kurang dari itu. Semangat bermainnya luar biasa.

Sama seperti Frei FC, klub Kamis malam yang biasa saya ikuti kali ini juga karena momen hari libur sebagai alasan main mini soccer. Karena biasanya, tim hari Kamis lebih condong main futsal saja secara rutin.

Kami bermain dari jam 6 malam dan seharusnya berakhir jam 8 malam. Namun ada permintaan untuk menambah 1 jam lagi. Sehingga total kami bermain 3 jam kali ini.

Nah, di sini saya melihat si Bapak itu yang masih saja bermain hingga selesai. Saya saja sudah menyerah main hingga pukul 8 malam.

Memang sih bergantian dengan durasi minimal 15 menit tiap main. Hanya saja, si Bapak tetap enerjik di lapangan. Cara bermain pun bukan kaleng-kaleng. Seperti pernah bermain sepak bola di tim profesional.

Ah, jadi malu melihat ke diri sendiri. Padahal masih kepala 30'an. Ah sudahlah, main bola di umur sekarang anggap saja untuk bersenang-senang. Berkompetisi sudah lewat, tak perlu keras kepala.

Sehat selalu buat kita semua yang masih bisa menyempatkan berolahraga. Apapun itu. Tak peduli umur, yang penting ada di lingkaran yang tepat. Tanpa itu, niat saja sangat sulit didapat.

Terima kasih banyak buat rekan bermain yang selalu mengajak saya untuk terus berpartisipasi.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat