Pria Tidak Berdaya

[Artikel 171#, kategori dotsemarang] Menjadi blogger di Semarang selama belasan tahun adalah perjuangan penuh passion, tapi juga penuh ketidakpastian. Blogging buatku bukan cuma nulis—ini soal berbagi cerita lokal, dari aroma pecel di warung sampai hiruk-pikuk Kota Lama.
Tapi, di tengah gempuran konten cepat dan persaingan digital, saya sering ngerasa sendirian. “Pindah haluan aja,” kata orang-orang. Tapi bagiku, blogging adalah identitas, dan saya nggak mau menyerah.
Pernah ada pembaca yang bilang, “Blogmu bikin aku kangen Pasar Semawis waktu kecil.” Komentar kecil kayak gitu yang bikin saya yakin, cerita lokal di dotsemarang punya arti.
Tapi, bertahan itu nggak gampang. Jalan-jalan buat riset konten, beli kuota internet, sampai begadang sambil ngopi—semua butuh tenaga dan biaya. Kadang saya mikir, “Apa ini masih worth it?”
Makanya, setelah ngobrol sama AI (yep, teknologi kadang kasih ide cemerlang!), saya buka donasi lewat Trakteer di blogku, dotsemarang.
![]() |
Kunjungi dotsemarang di Trakteer di sini |
Trakteer ini kayak traktiran temen: cuma Rp10.000—seharga es teh di warung—udah bisa bantu saya riset cerita lokal, bayar kuota, atau tetep nulis tentang Semarang yang kita cinta. Sekarang, di akhir artikel blogku, ada kotak kecil merah bertuliskan Trakteer. Itu tempat kamu bisa “traktir” saya.
Saya tahu, donasi bukan hal gampang di masa kayak gini. Tapi sekecil apapun dukunganmu, itu bikin saya semangat lanjutin cerita-cerita lokal yang mungkin bikin kamu tersenyum atau kangen Semarang.
Jadi, kalau suka apa yang saya tulis, traktir yuk, biar api blogging ini tetep nyala!
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar