Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tahun ke-15 dotsemarang, Ombak yang Menerjang

[Artikel 169#, kategori dotsemarang] Hanya karena orang lain tidak mengakui atau memujinya, bukan berarti tidak ada nilainya melakukan hal yang kau sukai. Ini adalah kalimat yang saya ambil dari percakapan komik tentang bagaimana tiap kata tersebut adalah penyemenangat untuk menjalani titik baru hari ini.

Selamat datang usia baru dotsemarang yang ke-15 tahun. Saya selalu menantikannya tiap pergantian tahun di bulan Maret tanggal 3. Bertambah usia artinya perjalanan baru.

Terjangan ombak

Akhir bulan Februari, saya bertemu dengan salah satu pegiat media sosial yang dulunya juga seorang bloger. Kami bertemu di sebuah acara komunitas yang sedang merayakan satu dekade perjalanan mereka sebagai komunitas bloger perempuan Semarang.

Niat saya memulai percakapan adalah untuk mendengar pengalamannya berbicara tentang akun yang dikelolanya yang akhirnya menjadi yang paling besar di Kota Semarang.

Namun seperti yang sebelum-sebelumnya, apa kabar dengan dotsemarang yang masih mengagungkan platform blogging sebagai kendaraan utama. Mengapa tidak fokus saja sama media sosial yang lebih jelas penghasilannya katanya.

Saya tidak memungkiri dan beberapa kali terdiam. Bukan untuk merenung apa yang disampaikan, tapi kebimbangan apakah sudah seharusnya meninggalkan blogging atau terus bertahan di tengah ketidakpastian.

Ketika masih sekuat tenaga mempertahankan dotsemarang hingga tahun ke-15, kisah saya pun juga tak kalah dramatis. Seakan semesta menyuruh saya menyerah dengan keyakinan yang hanya membuat menderita.

Itu semua diibaratkan terjangan ombak di laut. Apakah saya goyah? Belum-belum. Saya masih bertahan hingga tulisan ini dibuat sekarang.

Regresi

Mengurus dotsemarang hingga usia 15 tahun mirip mengasuh seorang anak. Bertambahnya usia, kebutuhannya semakin besar dan tuntutannya juga tidak kalah banyak. Realistis, tapi entah kenapa terasa manis.

Tiap saya merasa jatuh agar menyerah, saya selalu melihat ke belakang bagaimana masa lalu yang saya alami begitu luar biasa. Saya mengenangnya, meski tahu bahwa sekarang saya hanyalah pecundang.

Jika ada pilihan mundur ke masa lalu seperti kisah di dalam komik yang dikenal dengan regresi benaran ada, saya pasti akan mengambilnya.

Saya akan bangun ulang dotsemarang lebih baik lagi. Lebih profesional dan tentu, tidak perlu memikirkan nasib orang-orang yang pada akhirnya pada pergi juga apabila rasa penasaran mereka sudah berkurang.

📸 Gambar masa lalu awal-awal dotsemarang masih di bawah bendera blogdetik.

...

Selamat ulang tahun dotsemarang yang ke-15. Ombak yang menerjang kali ini memang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya. Saya akan terus bertahan dan menjaganya sekuat tenaga. Tahun ini, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tak ada lilin atau tepuk tangan.

Saya harap tidak jatuh dan tenggelam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat