Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Halo, Maret 2025

[Artikel 149#, kategori catatan] Ada kebimbangan besar saat menyambut bulan suci Ramadan yang jatuh pada tanggal 1 Maret ini. Apakah saya akan puasa atau mencari alasan saja agar membenarkan isi kepala karena tidak punya apa-apa? Entah kenapa saya berada di titik ini sekarang.

Saya dilema. Kewajiban yang sudah seharusnya dilakukan malah terus dibenturkan dengan realita. Padahal pada zaman dulu, Nabi dan para sahabat kondisinya tidak lebih baik dari saya. Namun itu tetap saja tidak menampar saya bahwa saya harus melakukannya. 

Apakah ini buah yang saya tanam sejak dulu? Semenjak memiliki riwayat maag, saya selalu membenarkan keadaan untuk tidak puasa meski seorang muslim.

Dan sekarang saya menuai apa yang saya tanam tersebut. Kebenaran yang membawa kesalahan dan dosa besar. Ditambah saya tidak membayarnya ketika selesai bulan puasa.

Kondisi 

Jika maag menjadi alasan kuat, maka kondisi saat ini menambah alasan tersebut semakin kuat. Apa yang diharapkan dengan hanya makan nasi dan tempe rebus saat sahur?

Saat sudah pagi, perut saya sudah lapar lagi. Ada banyak kekurangan dalam menu yang saya santap tiap hari. Tidak heran saat bertemu orang-orang yang saya kenal, mereka mengatakan saya tampak kurus dan lesu.

Saya mengamini pandangan mereka tiap bercermin usai mandi. Yah, saya semakin kurus saja. Satu sisi bertahan sekedar sesuap nasi, sisi lain tetap produktif di tengah kenikmatan yang diberi.

Mau bilang tolong dimaklumin, tapi saya terus ditampar kenyataan bahwa puasa adalah kewajiban. Ingat, orang-orang dulu kondisinya lebih parah dan sulit. Masa gini saja menyerah.

Ada ungkapan menarik yang kemarin saya dapatkan saat bersepeda. Ketika berpikir hidupmu sulit, ingatlah bahwa ada orang di luar sana yang hidupnya lebih sulit. Maka jangan mengklaim dirimu sangat menderita hari ini.

...

Perjalanan hidup di bulan ke-3 tahun 2025 benar-benar lebih sulit untuk dipikirkan. Puasa yang seharusnya membawa berkah, malah menjadi keraguan dan kebimbangan.

Saya mohon maaf sebesar-besarnya bahwa sebagai muslim saya lalai menjalankan perintah-Nya. Saya harap kemudian hari saat kembali membaca ini, saya sudah lebih baik lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Pria (Tidak) Berharga