Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Akhirnya Mereka Mudik Juga

[Artikel 81#, kategori rumah] Setelah beberapa tahun belakangan hanya merayakan Idulfitri di Kota Semarang, keluarga si bungsu akhirnya mudik juga ke Kota Samarinda. Sekarang, keluarga kecil tersebut datang dengan tambahan si kecil. 

Jum'at pagi (28/3), saya mengantar mereka menuju bandara Semarang. Pemberitahuan mereka akan mudik sudah diberitahu satu hari sebelumnya. Sempat khawatir karena kebiasaan ngantar ke Jogja, kirain akan ke sana. Ternyata, bukan.

Ngambil cuti

Dulu alasan nggak sering mudik karena profesi si bungsu yang sulit mengambil waktu karena profesionya sebagai pelayan masyarakat alias Dokter.

Ternyata tahun ini sudah bisa meluangkan waktu untuk balik. Itu adalah kebahagiaan yang luar biasa buat sang istri yang sudah rindu akan rumah karena kelamaan di Semarang.

Lebih tenang

Kepulangan mereka jadi keuntungan sendiri buat saya yang memutuskan masih tidak mudik. Lagian mau mudik, rumah yang dituju sudah tidak ada. 

Ada banyak faktor yang membuat saya enggan pulang, terutama finansial yang lagi nggak baik-baik saja. Bahkan, sudah tahu lagi sulit, si bapak malah pinjam uang. Tambah susah dah.

Di Semarang, maksudnya rumah yang saya tinggalin, keadaannya jadi lebih tenang. Suasana sunyi yang saya dambakan jadi kemewahan sendiri karena tak perlu khawatir dengan apa yang saya lakukan jika masih ada keluarga si bungsu.

Suasananya sudah menyulitkan sekarang bagi saya. Kehadiran keluarga bungsu, apalagi bertambah satu lagi, membuat saya tidak enak sendiri.

Posisi saya hanya numpang. Tak banyak kontribusi seperti ikut bayar listrik atau air. Jadinya serba salah. Intinya keadaannya sudah tidak seperti dulu lagi. Tapi, saya ingin bertahan beberapa tahun lagi sebelum benar-benar memutuskan pergi.

Sekarang, si bungsu dan keluarga kecilnya sudah pergi. Mari menikmati keadaan yang hening di rumah dengan suka cita. Pria umur 30+ yang belum menikah memang adalah orang yang menganggap kesunyian adalah kemewahan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions