Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Menu Lebaran Tahun 2025, Tempe Rebus dan Bumbu Pecel

[Artikel 17#, kategori Lebaran] Karena rumah sudah kosong, maka langkah selanjutnya menyiapkan hidangan untuk lebaran. Seperti biasanya meski kali ini ada sempat diberi uang jajan oleh si bungsu, saya tetap memilih menu hemat saja. Ya, tetap makan tempe rebus.

Biasanya beli tempe, saya akan menghabiskannya bisa sampai seminggu karena dalam mode hemat. Campurannya paling hanya nasi dan tomat atau kecap. Bagaimana dengan lebaran? Tentu, harus sedikit mewah. 

Tapi entah, saya masih ragu untuk memilih apakah akan membeli sambel tomat sachet seperti biasanya atau kecap sachet cap lele yang punya kelezatan. Namun saya memikirkan kecap plus ada lomboknya. Bingung sendiri nentuin topingnya.

Usai sholat id

Ada sedikit keteledoran usai memotong tempe jadi ukuran kecil-kecil. Saya lupa memasukkannya ke kulkas. Alhasil, setelah ditinggal beberapa jam, tempe terlihat seperti ada bulunya.

Saya mendadak khawatir takutnya beracun. Sudah masuk mode hemat, masa kudu dibuang begitu saja semua tempenya. 

Akhirnya memutuskan merebus semua tempenya ke dalam wajan. Yah, selamat kata saya dalam hati. Ke depan bakalan benar-benar makan tempe rebus. Lebaran apa ini sambil merancu dalam pikiran.

Ketika ide toping masih belum ketemu, satu hari kemudian usai sholat id di Lawang Sewu, saya memutuskan membeli pecel yang tinggal kasih air panas dan langsung dimakan.

Beli pecel bungkus seperti yang kamu lihat dalam gambar juga karena tidak menemukan kecap yang ada lombok di dalamnya. Sial, yasudah itu saja pilihannya.

Menu lebaran

Saya tidak menyangka menghabisi waktu lebaran kali ini memakan tempe rebus dengan toping bumbu kacang (pecel). Dan rencananya akan dimakan tiap hari, entah bertahan beberapa hari.

Kepulangan (mudik) si pemilik rumah memang membuat dapur kembali bisa saya gunakan. Saya dapat bereksperimen apa saja dan tidak perlu khawatir menganggu kenyamanan orang lain.

Saya bersyukur atas nikmat yang diberikan. Semoga tahun depan, ada banyak nikmat lain yang saya bisa dapatkan.

Selamat Hari Raya Idulfitri 1446 H, Mohon Maaf Lahir dan Batin. Kalau ada sisa makanan di tempatmu, sini bagi buat saya saja. 😅

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat