Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Ketika Anak Pesantren Bermain Futsal?

[Artikel 166#, kategori futsal] Ada pemandangan menarik usai waktu bermain kami telah usai pukul 9 malam, Selasa kemarin (18/3). Sekumpulan remaja pria yang sudah memasuki lapangan, beberapa orang terlihat menggunakan sarung. Kirain bakal dilepas karena tim mereka belum lengkap. Eh, pas sudah main???

Sarung yang mereka kenakan rupanya tetap dikenakan. Tak ada yang aneh sebenarnya, hanya saja itu berbeda dan menarik dilihat.

Bahkan, ada yang terlihat menonjol diantara mereka meski tetap menggunakan sarung. Apakah karna terbiasa? Skill bermainnya mirip Messi, kaki kidal. Saya jika disuruh memakainya pun, bakal kesulitan.

Anak Pesantren

Awalnya saya mengira mereka anak kampung di sekitar yang datang ke lapangan usai sholat terawih. Usut punya usut, mereka ternyata adalah anak pesantren.

Sempat terkejut sedikit. Namun yang lebih buat terkejut adalah kehadiran angkot yang terparkir di depan bangunan gedung futsal. Lho, tumbenan.

Saat ditanyakan sama orang yang berjaga parkir lapangan futsal, angkot tersebut katanya adalah yang membawa anak-anak pesantren datang ke sini.

Wow, istimewa. Niat mereka ingin bermain futsal sangatlah perlu diapresiasi. Tidak mudah pastinya menuju ke lapangan di sini karena jarak mereka yang mungkin agak jauh.

Saya sangat respect terhadap kesungguhan mereka. Saya harap bisa melihat mereka lagi minggu depan atau waktu berikutnya. Meski rasanya itu sulit karena mereka pasti disibukkan dengan kegiatan mondok.

Tetaplah sehat dan berkeringat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat