Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Iduladha 1445 H

[Artikel 15#, kategori Lebaran] Suara takbir yang selalu dirindukan begitu terasa sampai dalam sanubari. Meski suasana rumah agak sepi kali ini, niat sholat id selalu membuncah. Sampai-sampai bingung menentukan di mana tempat untuk sholatnya kali ini.

Haha... saya tertawa dalam hati ketika langkah pasti kami, saya dan si bungsu (pemilik rumah) berjalan menuju tempat sholat yang tak jauh dari tempat tinggal kami. 

Ini alasan saya tertawa. Sholatnya sudah selesai kata orang yang saya kenal sedang berbincang dengan beberapa orang di depan kami. Tuh, kan telat. 

Tidak mengikuti niat dalam hati

Akhirnya langkah kaki kami putar kembali menuju rumah. Haha.. saya masih tertawa karena bukan saja gagal sholat, tapi juga gagal mengikuti kata hati yang menganjurkan saya seharusnya pergi sholat id ke Simpang Lima.

Alasan telat sebenarnya karena menunggu si bungsu yang telat bangun. Mungkin dampak dari si istri yang tidak bersamanya karena pulang ke kota Samarinda. 

Beberapa kali lebaran, ada kedatangan keluarga, sehingga semangatnya ada. Kali ini sangat berbeda dan semangat itu sedikit mengendur. Akhirnya saya ikut terdampak.

Andai saja saya mengikuti kata hati seperti tahun-tahun sebelumnya yang pergi sendiri memakai sepeda, mungkin berbeda cerita.

Presiden sholat di Simpang Lima

Perasaan salah saya semakin besar karena ada Presiden sholat di Simpang Lima. Saya benar-benar seperti kena pukulan hook dalam tinju yang bertubi-tubi.

Andai saja...andai saja. 

Menyesal selalu belakangan. Jika saya bisa sholat di sana, tentu pengalaman kali ini bisa lebih menarik untuk saya tulis di blog.

Suasana Presiden Jokowi sholat id di Simpang Lima sudah saya posting di blog dotsemarang. Artikelnya ada di bawah nanti. Gambar-gambarnya diambil dari akun Instagram resmi beliau.

...

Iduladha tahun 2024 jatuh pada hari Senin, tanggal 17 Juni. Kali ini ada alasan untuk tidak futsal karena ada momen lebaran. Suasana di rumah sangat tenang dan saya menyukainya. Mari berjumpa tahun depan lagi. Dan tentu, tidak telat lagi.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat