Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Suka Bercanda, Tapi Tidak Suka Dibercandain

[Artikel 11#, kategori Cancer] Ketika mengetahui sebuah kejujuran dari seseorang, apalagi yang dihormati, saya merasa sangat kesal dan marah. Saya tahu pernah berbuat salah dan meminta maaf setulus hati, namun rupanya maaf saya hanya dibuat bercandaan. Sejak itu, saya sudah tidak menghormatinya. 

Saya adalah pribadi yang memang dapat menarik perhatian. Ya, saya suka bercanda. Mengajak tertawa bersama untuk meramaikan suasana. Meski itu menyenangkan, saya tahu akibatnya kelak saya akan jadi bahan bullyan juga.

Beberapa orang tanpa sadar terlalu berlebihan dan saya tidak menyukainya. Saya juga, beberapa kali juga tanpa sadar sudah melukai. Jika sudah sampai begitu, saya pasti meminta maaf dengan tulus dan hormat. Apalagi ia lebih senior dari saya.

Maaf saya dibercandain

Sejak saya tahu bahwa apa yang saya lakuin itu membuat marah seseorang, saya sudah mengurangi candaan saya kepadanya. Orang ini sudah saya tandai untuk tidak saya jadikan bahan, namun malah saya yang sering ia jadikan bahan.

Entah kenapa, saya sebenarnya baik-baik saja. Karena sudah mengerti dan candaan saya kepadanya juga sudah saya kurangin apabila ingin membalas candaannya.

Namun suatu hari ketika saya berada dalam satu tempat, saya baru tahu setelah sekian lama kata maaf saya mohonkan kepadanya usai terlalu berlebihan dalam bercanda..

Rupanya maaf saya itu dibuat bercanda. Jujur, ia mengatakan bahwa ia marah dengan candaan saya waktu dulu. Namun juga, ia tidak semarah itu. Malah dibuat bercandaan saja.

Diam adalah jalan terbaik

Semenjak mengetaui kejujuran itu, saya mulai membatasi diri dari hiruk pikuk suasana yang biasanya ramai. Saya memilih diam dalam marah saya kepadanya.

Sepertinya ia tidak merasakan apa yang terjadi. Dan bahkan, semakin jadi menjadi ketika saya tidak pernah menanggapi lagi bercandaannya dalam sebuah grup.

Saya masih tidak terima dengan kejujurannya yang selama ini kata maaf yang saya utarakan rupanya dibercandain. Saya sangat menghormati dan menghargainya. Bahkan, sudah tidak pernah lagi bercanda yang berlebihan.

Ya, namanya manusia. Sepertinya ia memasuki masa puber kedua. Dimana semua yang lakukan sepertinya menyenangkan, padahal sebenarnya menyakiti seseorang.

...

Sebagai warga Cancer yang menaruh perasaan di atas logika, terkadang hal buruk dalam menjalani hubungan. Entah itu pertemanan maupun asmara.

Jika melakukan kesalahan, saya pasti minta maaf dengan tulus dan sepenuh hati. Dan akan berusaha tidak mengulanginya. Mengurangi kata atau kalimat yang akan menjadi penyebab masalah kembali.

Namun ketika apa yang dilakukan malah disalahartikan, itu sangat menyakitkan. Tidak peduli apa yang dilakukan untuk membuat saya kembali normal, saya akan membawa rasa amarah tersebut sebagai wujud saya merasa tidak dihormati. Ada rasa amarah yang saya pendam untuk itu.

Jangan pernah meragukan ketulusan warga Cancer. Dan terimalah dengan sepenuh hati. Bukan malah dibercandain karena warga Cancer dianggap suka bercanda juga. Kalau tidak melakukan kesalahan, mungkin saya tidak akan merasa marah setelah minta maaf.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat