Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Futsal Hari Selasa: Salah Pakai Sepatu

[Artikel 142#, kategori futsal] Saya pikir baik-baik saja memakai sepatu yang berbeda dari biasanya. Ternyata, alas kakinya berbeda di lantai lapangan yang menggunakan bahan karet. Ah, sial. Bukan saja gawang yang saya jaga banyak kebobolan, tapi juga perform yang buruk setelah beberapa bulan tampil sangat baik.

Saya tidak menyangka ini terjadi juga, Selasa malam kemarin (11/6). Pergantian sederhana karena sepatu biasanya sedang rusak, malah berujung penampilan yang konyol. Ya, sepatunya terasa sangat licin.

Sulit menangkap bola, salah antisipasi dan terjatuh sebelum menerjang. Itu adalah yang terjadi ketika sepatu yang saya kenakan tidak cocok dengan tekstur lapangan yang bukan rumput kali ini.

Bahkan, menepis bola yang seharusnya mudah, kesalahan 0,1 detik terasa parah. Alasannya? Kuda-kuda kaki yang seharusnya kuat mendadak terpeleset saat bola tendangan mengarah ke gawang. Seharusnya itu mudah saya tangkap, namun terpeleset.

Kiper cilik

Di tengah ketidakstabilan di lapangan, ada pemandanga berbeda kali ini. Rekan futsal yang turut bermain rupanya mengajak anak didiknya. Kebetulan rekan kami ini adalah guru olahraga dan yang ia bawa adalah anak SD yang berprofesi sebagai kiper.

Meski tim kami kebanyakan orang dewasa, sang kiper cilik ini tidak gentar. Penampilannya tidak buruk-buruk amat, apalagi menghadang tendangan-tendangan seniornya yang sangat-sangat kencang.

Bahkan, ukuran saya saja untuk menahan bola tendangan rekan saya sampai kena cedera. Saya benar-benar apes, tangan kanan saya cedera karena itu.

Syukurlah kiper cilik yang datang kali ini tidak ada yang cedera sama sekali. Sang guru membawanya karena memang Sekolah sedang libur, makanya diperbolehkan orang tuanya.

Saya harap si kiper kecil ini masa depannya cerah. Jika ia bisa terus main bersama kami, rasanya mentalnya akan terus teruji. Seorang pemain tidak sekedar butuh skill dan cara bermain yang baik, tapi juga mental.

Real Madrid adalah bukti bagaimana pemainnya memiliki mental kuat. Saya belajar dari mereka.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat