Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Kembali Futsal Hari Senin Sore

[Artikel 141#, kategori futsal] Niatnya mengurangi bermain karena dirasa berat kalau seminggu sampai 3 kali main. Eh kemarin akhirnya malah kembali bermain. Menyenangkan sih, meski harap-harap cemas juga.

Bulan Mei ini benar-benar beruntung. Main futsal aja kudu dibayarin sama orang-orang. Termasuk hari Senin sore kemarin (20/5). Saya menyerah ketika beliau kembali mengajak bermain setelah Senin sebelumnya saya menolaknya.

10 ribu

Saya tahu bayar iurannya hanya 10 ribu, tapi saya benar-benar nggak punya uang segitu. Apalagi bulan ini tidak ada uang lebih yang biasanya diberi bulanan oleh pemilik rumah untuk bayar pengelauran semacam PDAM, kebersihan dan keamanan tempat tinggal.

Biasanya ada tuh sisa-sisa pembayaran bulanan meski tidak seberapa. Entah kenapa bulan ini tidak dibayar. Ah sudahlah.

Selalu menyenangkan

Tentu, saja. Kembali ke lapangan outdoor di sini adalah kesenangan. Berangkat dari rumah sebelum jam 4 sore dengan sepeda adalah kegembiraan juga. Semarang memang panas, tapi buat yang terbiasa, tentu tidak masalah.

Saat tiba, orang-orang masih tidak banyak. Wajah-wajah yang familiar karna saya sudah bermain beberapa bulan bersama mereka dari tahun lalu. 

Selama bermain di sini, saya jarang menjadi kiper. Kebenaran ada stok kiper di sini, jadi tidak perlu ada kiper dadakan seperti yang saya lakukan tiap hari Selasa atau Kamis.

...

Jika saya harus memilih untuk tidak bermain lagi atau bermain kembali, mungkin saya tidak ingin bermain lagi hari Senin. Saya bukan mengeluh jauh jarak atau waktunya tidak sempat.

Saya hanya ingin mengurangi resiko apabila cedera dan seminggu tiga kali rasanya sudah berat untuk tubuh saya sebenarnya. Tapi, demi beliau yang mengajak saya, apa boleh buat.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh