Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions

[Artikel 9#, kategori Dibalik Layar] Ternyata Bus Trans Jateng baru beroperasi jam 2 siang. Padahal niat awal pergi ke Ungaran akan menggunakan transportasi ini. Sedikit usaha dan pengalaman baru yang pada akhirnya indah juga hasilnya.

Kisah sederhana perjalanan saya dimulai Sabtu siang (22/8/2020) dengan berjalan kaki dari rumah menuju halte Trans Semarang yang berjarak kurang lebih 1 km. Ya, tidak ada pilihan untuk mengeluh.

Lebih dari 15 menit saya menunggu bus setelah saya duduk di halte. Saya lebih menyukai berbagi aktivitas di stories Instagram ketimbang Twitter karena lebih sederhana dan mudah.

Sambil menunggu di tengah hiruk pikuk kendaraan yang lewat di depan, saya tetap mengabarin dia. Saya sangat butuh perhatian dia, sekaligus teman perjalanan dan tidak membuatnya khawatir.

Bus yang membawa saya dari jalan Majapahit dan sudah berhenti beberapa kali di halte, akhirnya menurunkan saya untuk pindah bus. Sekitar 23 menit perjalanan yang saya catat lewat stories. 

Saat bertanya sama petugas tiketing di pintu tentang Trans Jateng, di situlah saya baru tahu bahwa jam operasinya agak siang. Sedikit kecewa tapi memang seperti itu kenyataannya.

Itu artinya, perjalanan saya akan terhenti di Ungaran saja. Perjalanan saya bakal dilanjutkan dengan transportasi lain. Mungkin angkot katanya.

Alun-alun Ungaran

Konsentrasi saya buyar ketika driver terkejut saya tidak turun setelah tiba di pasar dekat dengan alun-alun Ungaran. Keterkejutan tersebut membuat saya melirik bangku belakang yang ternyata kosong melompong.

Eh, saya kaget. Lho pada turun di sini semua ternyata. Untunglah driver baik hari itu. Dengan minim pengalaman, saya memang tidak tahu halte terakhir di Ungaran.

Setelah lampu merah, bus memutar dan saya turun di halte dekat alun-alun jam 12.33 wib. Butuh 44 menit semenjak perpindahan bus dari halte Balaikota Semarang sampai sini.

Seperti perkiraan bahwa rekomendasi perjalanan saya bakal dilanjut dengan angkot, saya mencoba mengecek saldo gopay dan driver ojol yang tersedia di sekitar. 

Ternyata cukup untuk saya tiba di Wujil. Segera saya pesan ojek online dan sambil menunggu, saya menyempatkan mengambil ikon alun-alun yang berada di tengah.

Tak berapa lama, driver tiba dan membawa saya pergi. Berharap perjalanan pulang dengan ojol rasanya tidak mungkin nanti, saldo gopay sudah sekarat.

Ketiga Kalinya datang 

Jam 12.56 wib akhirnya saya tiba di The Wujil Resort & Convention. Akhir pekan ini saya menghabiskan waktu di sini untuk menginap. Sayang tanpa dia.

Meski pernah menginap dulunya saat acara bareng Dinas Kesehatan Kota Semarang, tetap saja saya sangat antusias untuk pergi ke sini lagi.

Memang sedikit menderita saat di bus karena terus memproteksi diri dari virus Corona. Rasa khawatir bersentuhan agar tidak tertular adalah tantangan kali ini pergi ke sini.

Rasa lapar yang ditahan akhirnya terasa lega setelah dipersilahkan menyantap makan siang. Saya ditemani bagian pemasaran yang menyambut saat saya tiba dan GM hotel yang dipanggil Abah saat sedang berada di tempat makan lesehan.

Kunci kamar sudah ditangan dan waktunya saya beristirahat. Saya menyukai malam Minggu kali ini meski tetap saja harus sendiri.

Perjalanan pulang 

Siang sudah datang lagi. Dan artinya saya harus kembali pulang ke rumah. Bila kedatangan saya masih disambut, maka pulang tidak ada kata terucap kepada si mbak pemasar yang sedang ada acara lain.

Check out hotel pukul 12 siang. Jadi saya keluar lebih awal. Setelah mengembalikan kunci kamar, saya mengabarin si mbak pemasar.

Saya hanya bisa ucapkan terima kasih sebesar-besarnya setelah diundang menginap lewat pesan aplikasi. Dan salam buat Abah.

Kaki saya melangkah ke luar menuju halte Trans Jateng meski tahu bahwa tidak ada bus yang bakal datang. Ya, ini masih 1 jam melihat bus beroperasi.

Tidak salahnya mengintip halte yang bisa dijadikan konten di masa depan. Setelah mengambil beberapa foto, jam 12.18 wib, angkot yang datang tidak saya sia-siakan.

Dari halte Trans Jateng dekat hotel The Wujil menuju alun-alun Ungaran saya harus membayar 5 ribu rupiah. Ini adalah pengalaman pertama naik angkot yang bentuk kendaraannya adalah mini bus.

4 kali ganti bus

Petualangan saya kembali bersama bus Trans Semarang setelah tiba di Alun-alun pukul 1 siang. Hanya beberapa meter menuju halte dan lumayan ramai penumpang menunggu di sana.

Ini adalah bus pertama dalam perjalanan sebelum akhirnya tiba di terminal Si Semut Ungaran. Ternyata bus yang saya naiki berhenti di sini.

Saya disuruh pindah ke bus yang sudah menunggu di depan halte dan baru bayar di sini. Sebelumnya saya hanya tinggal naik saja.

Di halte Terminal, pengecekan suhu tubuh dilakukan. Akhirnya saya bisa merasakan protokol kesehatan dengan Thermo gun. Saya ingin menulis tentang ini nanti di blog dotsemarang.

Total ada 4 kali ganti bus sebelum halte pemberhentian terakhir perjalanan saya yang berada di jalan Majapahit. Untunglah perasaan saya sedikit lebih lega dalam perjalanan pulang.

Selalu begitu. Perjalanan awal terasa lama dan lebih berat. Namun sebaliknya malah nyaman dan santai.

Langkah kaki saya menuju rumah adalah cerita akhir perjalanan kali ini. Tercatat 1 jam lebih semua perjalanan yang saya lakukan dari hotel hingga rumah.

...

Saya terkejut ketika tiba di dekat rumah ada pembatas jalan yang dipasang. Wah tidak menyangka salah satu warga ada yang kena koronavirus. 

Hari ini perjalanan yang melelahkan menggunakan bus dan berjalan kaki. Untuk ongkos bus Trans Semarang hanya membayar Rp. 3.500 saja. Total bolak-balik adalah 7 ribu rupiah.

Ditambah bayar Ojol sekitar 13 ribu rupiah, angkot 5 ribu dan total keseluruhan biaya yang saya keluarkan adalah 25 ribu rupiah.

Disaat terus berupaya menghemat, demi konten dan niat baik hotel, biarlah hari ini mengeluarkan duit untuk sebuah pengalaman yang bakal tidak terlupakan.

Terima kasih.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

Kembali ke Jogja: Pulang