[Artikel 8#, kategori Dibalik Layar] Bila di masa depan nanti, saya mengalami masalah untuk sesuatu yang tidak saya lakukan. Bahkan memiliki bukti berupa KTP, mungkin saya akan menyalahkan orang ini. Dibalik sebuah kerja sama yang kembali terulang, saya kena PHP.
Tanggal 6 Mei 2020, saya dihubungi seorang pria muda yang katanya bekerja pada bagian divisi KOL sebuah merek terkenal toko online. Kepercayaan saya semakin meningkat, ketika semua saluran media sosial saya dihubungi. Ya, dia serius sepertinya.
Dan pada akhirnya, ia mendapatkan nomor WhatsApp dotsemarang yang memang tersedia di blog maupun saluran media sosial. Percakapan berlangsung di sana. Intinya ingin bekerja sama untuk saluran media sosial dotsemarang, Instagram.
Saya sempat meminta saran dari teman yang berpengalaman menghadapi situasi seperti ini. Saya mencoba beberapa tips agar rasa khawatir saya tidak berlebihan.
Maklum saja, tanda pengenal saya dipertaruhkan di sana. Saya membayangkan pinjaman online yang sempat ramai kasusnya terhadap nasabah mereka.
PHP lagi
Bila
tahun 2019, saya di-PHP-in sama mbak-mbak yang megang brand penginapan murah berwarna merah, tahun ini saya masuk ke lubang yang sama lagi. Semua prosedur saya ikuti, hanya tinggal menanti kabar berikutnya.
Setelah menghilang beberapa hari, orang ini akhirnya mengabari dan langsung memberikan surat kerja sama yang saya harus tandatangani dan diminta surat materai. Itu dikirim lewat online.
Saya membaca dengan seksama, meski tidak banyak teks di sana, kesepakatan harga yang diminta benar-benar tidak masuk akal. Ditambah minta tanda tangan dan materai.
Saat saya menayakan surat MOU, ia tak pernah memberikan sekali pun. Saya terpaksa tidak bersedia dengan kesepakatan yang awalnya saya pikir ia mengerti dan memahami.
Form data
Sebelum saya membatalkan kerja sama, KTP saya diminta dengan mengirimkan gambarnya saja. Saya masih khawatir saat itu. Hanya saja beberapa hal, saya tetap memberikannya dan mengirimkannya lewat pesan WA.
Kembali ke pembatalan, saya sudah tidak punya rasa hormat lagi. Sementara saya akan memantaunya, bila saya dirugikan, saya akan menegurnya. Atau bahkan mencarinya.
Tak selang beberapa hari kemudian, ia kembali menghubungi saya lewat WA. Kali ini disuruh mengisi form data yang berhubungan dengan influencer.
Karena ini jadi syarat untuk kerja sama, saya kembali mengiyakan saja. Dan lagi-lagi diminta scan foto KTP di dalam form. Andai ini adalah modus kejahatan, saya tidak tahu berapa banyak data yang ia bakal peroleh.
Hari demi hari terlewati. Minggu demi minggu juga sudah lewat. Hari ini, bulan Juni, sudah 1 bulan lamanya ia tak ada kabar.
Kerja sama dengan akun Instagram dotsemarang pun gagal. Saya benar-benar pasrah dan tidak ingin mengambil sikap baper berlebihan. Entah apa yang dipikirkannya.
...
Terlihat menyenangkan ketika bisa bekerja sama dengan nama-nama brand yang populer. Apalagi dihubungi secara langsung dan personal. Dari sisi personal branding, andai kerja sama itu jadi, nilai dotsemarang tentu meningkat lagi.
Sayang, semua itu juga memiliki risiko. Termasuk seperti yang saya hadapi yang di PHP-in. Sekarang masalahnya adalah data yang udah diberikan, saya harap tidak disalahgunakan.
Komentar
Posting Komentar