Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Menjadi Kekasih yang Berlebihan


[Artikel 56#, kategori Pria Seksi] Hari ini dia sangat sibuk sekali. Pengen mengeluh dan memeluknya bahwa pangerannya merindukannya. Tapi, bukannya itu yang akhirnya kemarin-kemarin dia lebih galak darimu. Ah sudahlah, bersabar saja dan menyibukkan diri hari ini.

Mendapat cap kekasih berlebihan rasanya penuh perjuangan. Dianggap penuh curiga karena merasa tidak percaya. Yang ada, sikap amarah yang tak pernah reda.

Saya pernah beberapa kali berada di ujung tanduk. Oh tidak, bahkan sudah dilepaskan sampai terjatuh paling dalam. Namun entahlah, saya selalu terselamatkan. Saya menyukainya ketika ia datang menarik saya kembali. Apakah ini cerita dongeng?

Saya bersyukur masih berada di sampingnya.

Tidak baik berlebihan

Setiap orang memang dilahirkan berbeda untuk menunjukkan cara mencintai. Ada yang cuek, penuh kasih sayang, bersabar dan berlebihan seperti saya. Maklum, jatuh cinta bagi saya seperti mendapatkan durian runtuh. Selalu menggebu-gebu dan ingin selalu dekat.

Sayangnya, dia bukanlah wanita yang mengimbangi dan terus mengerti sikap berlebihan saya. Mungkin bila saya berada diposisinya saya eneg juga melihat kelakuan pasangannya.

Sikap berlebihan dalam menjalin hubungan memang tidak baik. Semua hal tentunya. Cobalah belajar dari kesalahan yang telah diperbuat. Jatuh cinta memang mudah, mempertahankannya yang susah. Prinsip itu yang harus diperhatikan.

Apalagi sudah terlalu dalam mencintai. Memang mau orang yang disayangi selalu disakiti? Apalagi tidak sadar diri jika selama ini melakukannya. Jangan sampai kesempatan yang terus diberi hanya jadi suara yang mudah pergi. Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri.

...

Sepertinya dia sudah pulang. Perasaan saya sangat lega akhirnya. Mau gimana lagi, porsi kerjanya terlalu berlebihan. Sebagai orang yang tersayang, ketika hanya bisa membayangkan bagaimana ia berjuang, terkadang merasa gagal sebagai kekasih masa depan.

Sabar, tenang, lakukan aktivitas yang dapat memberi jalan sang waktu untuk terus berlalu. Terima kasih buat para wanita yang tetap bertahan dengan pasangannya. Saya merasakannya, kekasih berlebihan memang tidak mengasyikkan.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya