Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Kegiatan Pertama Saat Pandemi Corona


[Artikel 91#, kategori aktivitas] Hingga hari H, saya masih degdegan. Antara datang atau tidak. Saya merasa khawatir takutnya terkena dampak Corona. Ini adalah kali pertama saya akhirnya berkegiatan setelah sekian lamanya hanya beraktivitas secara online di rumah. Lega rasanya.

Tidak ada yang tidak menyenangkan ketika bertemu banyak orang meski harus berjaga jarak dalam satu ruangan. Apalagi dihormati karena profesi yang tidak begitu familiar bagi sebagian besar orang dan pertemanan lama dengan orang-orang yang memahami.

Tubuh yang masih lelah setelah paginya habis berolahraga seperti terbang melayang saat menaiki ojek online menuju lokasi. Lalu lintas yang ramai, lampu hijau yang terus menyala seolah memberkati dan tiba di lokasi dengan sedikit panik karena takut terlambat.

Ojol (ojek online) pertama saat pandemi malah dapat pengemudi wanita. Syukurlah, kendaraan yang ia kendarai sangat ia kuasai. Saya pikir ia akan berjalan pelan, namun sebaliknya, ia seolah tahu bahwa saya sedikit terlambat.

Entah Minggu siang (26/6/2020) hari itu saya malah menyempatkan tidur sejenak dan tanpa sadar bangunnya agak lama. Memang masih banyak waktu, tapi saya belum bersiap sama sekali. Di mana tas saya yang lama tidak saya gunakan. Mana powerbank, kabel, tripod dan lain-lain. 

Protokol kesehatan

Petugas keamanan sudah duduk di pintu masuk. Pesan orang yang mengundang saya untuk hadir saat saya ingin masuk, katakan dari media atau wartawan. 

Setelah berbicara, petugas langsung mengecek suhu tubuh saya menggunakan Termometer Gun. Suhu tubuh saya masih normal, sekitar 36,5 derajat. Saya merasa lega sampai sini.

Langkah saya berlanjut ke lokasi yang pernah saya datangi pada awal-awal tempat ini buka. Radjawali Semarang Cultural Center, bulan Maret 2019. Itu adalah kali pertama saya pernah ke sini. Ada kejadian menarik kala itu yang turut mengundang banyak blogger dalam perkenalannya.

Mas Aryo, dan beberapa orang sedang duduk-duduk di pintu masuk gedung. Senang bisa bertemu dengan beliau lagi yang selalu ingat saya dalam setiap kesempatan mengajak datang. Termasuk kali ini oleh beliau.

Pertama kali nonton teater

Saat pertama kali dikabarin bahwa Teater Lingkar Semarang akan pentas di gedung Radjawali, perasaan saya berdecak kagum. Maklum saja, harga sewa tempat ini begitu mahal untuk ukuran personal saya. Harganya bisa bawa dua laptop ASUS ROG yang harganya 30 juta.

Pelaku seni lokal yang mendapat kesempatan tampil di Ruang pertunjukkan 'Performance hall' benar-benar dimanjakan dengan suasana ruangan, tatanan cahaya hingga suara layaknya nonton bioskop.

Entah bagaimana kerja sama yang mereka lakukan, yang jelas ini kabar baik buat pelaku seni lokal. Dan buat saya, ini yang pertama juga menyaksikan pentas teater yang saya hadiri. 

New Normal

Mengatakan semua berjalan lancar adalah hal baik dari selesainya acara yang juga disiarkan langsung via Youtube Live Streaming. Saya benar-benar terbawa suasana pertunjukkan. Pengalaman 40 tahun mereka tidak perlu diragukan pastinya.

Di balik itu semua, saya melihat tujuan utama bagaimana kegiatan ini coba dihadirkan saat semua orang khawatir mengenai koronavirus. 

Bagi para pelaku seni yang berhubungan dengan pertunjukkan, mereka sudah bisa kembali berkegiatan saat masa pandemi Corona sekarang. Pelaku seni dapat memanfaatkan siaran langsung lewat Youtube maupun facebook atau media sosial lainnya. New normal, mau tidak mau harus lebih kreatif di sini.

Sedangkan bagi Radjawali Semarang Cultural Center, tempat mereka sudah dapat digunakan kembali. Protokol kesehatan yang menjadi aspek penting pun sudah dilakukan dan diterapkan, seperti pembatasan kursi duduk, cek suhu tubuh, menyediakan hand sanitizer hingga himbauan penggunaan masker.

New normal atau kenormalan baru, mau tidak mau bagi para pelaku bisnis, insan kreatif, pemilik tempat, dan semuanya, harus segera beradaptasi dan mengikuti protokol kesehatan yang disarankan.

...

Akhirnya Minggu sore kali ini memberi perasaan bagus setelah tiba di rumah. Saya bisa melakukannya dan membuang rasa khawatir berlebihan untuk sekarang.

Bahkan, saya sudah memiliki hand sanitizer sendiri yang saya beli di minimarket sebelum datang ke lokasi acara. Perasaan khawatir memang tidak baik, namun membuat saya dapat lebih menjaga diri agar tidak terjadi kesalahan.

Terima kasih untuk semuanya hari ini. Baik dari Mas Aryo, Teater Lingkar Semarang dan Radjawali yang begitu ramah dengan saya, eh untuk orang-orang media.

Sampai jumpa di aktivitas berikutnya di halaman blog ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

Kembali ke Jogja: Pulang