Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Kenormalan Baru, Bangun Jam 1 Dini Hari


[Artikel 89#, kategori aktivitas] Mata ini mulai terbuka. Mengalirkan sinyal ke pikiran, lalu memprosesnya ke seluruh tubuh. Memori sebelum tidur masih tersimpang, intuisi saya bergerak bersamaan tubuh pertama yang beranjak, yaitu tangan yang sedang mencari-cari smartphone. Oh, masih jam 1 dini hari.

Istilah kenormalan baru menjadi perbincangan hangat setelah pemerintah ikut memproklamirkan. Padahal bagi para pemasar, istilah ini adalah identitas. Sesuatu yang digunakan untuk menarik perhatian, segmentasi yang berhubungan dengan konsumen.

Saya mengalami kenormalan baru setelah bulan puasa. Tanpa sadar, tubuh saya masih merekam pola yang saya buat selama sahur. Bangun jam 1 dini hari, dan sahur jam 3 (tapi diganti jadi jam 4). Itu jadi sarapan sepertinya, mengingat waktu makan saya selanjutnya adalah jam 11 siang.

Keuntungan

Sebelumnya, tubuh saya memiliki alarm tersendiri yang sudah saya buat beberapa tahun belakangan. Tidur di bawah jam 9 malam dan bangun jam 3 dini hari. Mandi sebelum salat subuh dan berolahraga. 

Sekarang, alarm itu berbunyi lebih cepat. Bahkan tubuh ini sudah bangun sebelum alarm ponsel saya berbunyi yang saya atur jam 1.20 wib. 

Kenormalan baru ini membuat saya memiliki banyak waktu. Saya lebih fleksibel dan tidak terburu-buru melakukan pekerjaan pagi hari.

Kerugian

Tapi dengan umur saya sekarang, saya harus juga menerima resiko. Saya tidak punya jam tidur berkualitas, minimal 6 jam. Kenormalan baru ini malah memangkasnya menjadi 4-5 jam. Saya khawatir dengan kesehatan saya di masa depan.

Kantuk adalah musuh terbesar untuk kenormalan baru ini. Dan dampaknya juga bisa merusak mood kala tubuh tidak bisa memikul kembali rasa kantuk, meski berbagai upaya dilakukan.

Mandi, ngopi adalah bagian strategi bagaimana saya tetap hidup di waktu pagi dini hari. Terutama otak yang membutuhkan dorongan karena banyak digunakan. Seperti menulis semisalnya.

...

Saya pernah mengalami hal seperti ini, tidur hanya 4 jam sehari. Untuk orang muda, itu tidak masalah. Namun sekarang rasanya saya merasa bersalah.

Saya tidak tahu bagaimana mengatasinya. Yang saya tahu, saya hanya menikmati keuntungannya saja. Semoga tubuh ini sehat selalu. Amin.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan