Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Kenormalan Baru, Bangun Jam 1 Dini Hari


[Artikel 89#, kategori aktivitas] Mata ini mulai terbuka. Mengalirkan sinyal ke pikiran, lalu memprosesnya ke seluruh tubuh. Memori sebelum tidur masih tersimpang, intuisi saya bergerak bersamaan tubuh pertama yang beranjak, yaitu tangan yang sedang mencari-cari smartphone. Oh, masih jam 1 dini hari.

Istilah kenormalan baru menjadi perbincangan hangat setelah pemerintah ikut memproklamirkan. Padahal bagi para pemasar, istilah ini adalah identitas. Sesuatu yang digunakan untuk menarik perhatian, segmentasi yang berhubungan dengan konsumen.

Saya mengalami kenormalan baru setelah bulan puasa. Tanpa sadar, tubuh saya masih merekam pola yang saya buat selama sahur. Bangun jam 1 dini hari, dan sahur jam 3 (tapi diganti jadi jam 4). Itu jadi sarapan sepertinya, mengingat waktu makan saya selanjutnya adalah jam 11 siang.

Keuntungan

Sebelumnya, tubuh saya memiliki alarm tersendiri yang sudah saya buat beberapa tahun belakangan. Tidur di bawah jam 9 malam dan bangun jam 3 dini hari. Mandi sebelum salat subuh dan berolahraga. 

Sekarang, alarm itu berbunyi lebih cepat. Bahkan tubuh ini sudah bangun sebelum alarm ponsel saya berbunyi yang saya atur jam 1.20 wib. 

Kenormalan baru ini membuat saya memiliki banyak waktu. Saya lebih fleksibel dan tidak terburu-buru melakukan pekerjaan pagi hari.

Kerugian

Tapi dengan umur saya sekarang, saya harus juga menerima resiko. Saya tidak punya jam tidur berkualitas, minimal 6 jam. Kenormalan baru ini malah memangkasnya menjadi 4-5 jam. Saya khawatir dengan kesehatan saya di masa depan.

Kantuk adalah musuh terbesar untuk kenormalan baru ini. Dan dampaknya juga bisa merusak mood kala tubuh tidak bisa memikul kembali rasa kantuk, meski berbagai upaya dilakukan.

Mandi, ngopi adalah bagian strategi bagaimana saya tetap hidup di waktu pagi dini hari. Terutama otak yang membutuhkan dorongan karena banyak digunakan. Seperti menulis semisalnya.

...

Saya pernah mengalami hal seperti ini, tidur hanya 4 jam sehari. Untuk orang muda, itu tidak masalah. Namun sekarang rasanya saya merasa bersalah.

Saya tidak tahu bagaimana mengatasinya. Yang saya tahu, saya hanya menikmati keuntungannya saja. Semoga tubuh ini sehat selalu. Amin.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Istilah Jam Kerja Hotel; Split atau Double Shift

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile