Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s...

Marah


[Artikel 32#, kategori wanita] Kadang... Kita tidak ingin kehilangan rasa nyaman saat suasananya menyenangkan. Bisa bertahan berhari-hari dan terus menumbuhkan kenangan. Hanya saja, itu tidak terjadi. Bertanya lebih baik atau diam agar keadaan tidak tambah runyam.

Kemarin itu suasananya menyenangkan. Dia begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Saya berharap momen itu bertahan.

Pagi hari, setelah esoknya, keadaan masih terjaga dan belum berubah. Saya bakal melewati hari penuh semangat kalau begini terus. Maklum, puasa membuat tenaga sering hilang yang berdampak kehilangan konsentrasi. Termasuk lemas.

Marah besar

Saya tidak menyangka bahwa kali ini jadi masalah. Berharap mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban agar tahu apakah ada yang salah, malah blunder.

Kalimat 'baik-baik saja' yang udah disampaikan masih membuat saya penasaran. Saya tidak ingin kecolongan lagi ketika dia merasa sedih atau marah di tempat kerjanya, saya tidak tahu. Saya berharap ia terbuka.

Mungkin kamu juga akan kesel kalau ditanyai hal yang sama berulang kali. Dan di sana, kesalahan saya dengan niat baik malah menjadi amarah yang meledak-ledak.

Saya diam.
Sedikit kesel karena dikata-katain, meski tidak mengerti bahasanya.

Dalam pikiran terdalam, saya tidak akan bertanya atau mengganggunya lagi. Saya kapok meski pikiran saya mengarah ke artikel yang saya baca tentang selingkuh.

Ah.. tidak tidak. Semakin negatif saja pikiran saya saat berusaha diam mendengarkannya.

Telpon dimatikan

Daripada terus memberikan dia panggung untuk melepaskan amarah kepada saya, terpaksa saya matikan telepon sore itu. Dia yang nyuruh, saya hanya melakukan apa yang ia mau.

*Gambar : Ilustrasi
...

Saya masih terus belajar bagaimana memperlakukan wanita. Hari ini bahagia, besok atau lusa langsung menderita penuh rasa amarah. Seperti menjaga konsisten, itu benar-benar sulit. Ini yang harus dipahami kaum pria tentang wanita. 

Untunglah, ia menghubungi saya kemudian. Saya pikir akan berbicara lagi dengannya esok hari. Ketika semua reda dan perasaannya kembali siap.

Ia adalah wanita cantik ketika moodnya lagi bagus. Dan lebih seksi saat ia terus menunjukkan sikapnya penuh tawa dan canda. Saya menyukai dia. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

Akhirnya Mereka Mudik Juga

Perjalanan Pulang Pergi ke Hotel The Wujil Resort & Conventions