Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Marah


[Artikel 32#, kategori wanita] Kadang... Kita tidak ingin kehilangan rasa nyaman saat suasananya menyenangkan. Bisa bertahan berhari-hari dan terus menumbuhkan kenangan. Hanya saja, itu tidak terjadi. Bertanya lebih baik atau diam agar keadaan tidak tambah runyam.

Kemarin itu suasananya menyenangkan. Dia begitu perhatian dan penuh kasih sayang. Saya berharap momen itu bertahan.

Pagi hari, setelah esoknya, keadaan masih terjaga dan belum berubah. Saya bakal melewati hari penuh semangat kalau begini terus. Maklum, puasa membuat tenaga sering hilang yang berdampak kehilangan konsentrasi. Termasuk lemas.

Marah besar

Saya tidak menyangka bahwa kali ini jadi masalah. Berharap mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan jawaban agar tahu apakah ada yang salah, malah blunder.

Kalimat 'baik-baik saja' yang udah disampaikan masih membuat saya penasaran. Saya tidak ingin kecolongan lagi ketika dia merasa sedih atau marah di tempat kerjanya, saya tidak tahu. Saya berharap ia terbuka.

Mungkin kamu juga akan kesel kalau ditanyai hal yang sama berulang kali. Dan di sana, kesalahan saya dengan niat baik malah menjadi amarah yang meledak-ledak.

Saya diam.
Sedikit kesel karena dikata-katain, meski tidak mengerti bahasanya.

Dalam pikiran terdalam, saya tidak akan bertanya atau mengganggunya lagi. Saya kapok meski pikiran saya mengarah ke artikel yang saya baca tentang selingkuh.

Ah.. tidak tidak. Semakin negatif saja pikiran saya saat berusaha diam mendengarkannya.

Telpon dimatikan

Daripada terus memberikan dia panggung untuk melepaskan amarah kepada saya, terpaksa saya matikan telepon sore itu. Dia yang nyuruh, saya hanya melakukan apa yang ia mau.

*Gambar : Ilustrasi
...

Saya masih terus belajar bagaimana memperlakukan wanita. Hari ini bahagia, besok atau lusa langsung menderita penuh rasa amarah. Seperti menjaga konsisten, itu benar-benar sulit. Ini yang harus dipahami kaum pria tentang wanita. 

Untunglah, ia menghubungi saya kemudian. Saya pikir akan berbicara lagi dengannya esok hari. Ketika semua reda dan perasaannya kembali siap.

Ia adalah wanita cantik ketika moodnya lagi bagus. Dan lebih seksi saat ia terus menunjukkan sikapnya penuh tawa dan canda. Saya menyukai dia. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya