Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Ayam Bakar di Bulan Puasa


[Artikel 13#, kategori puasa] Salah satu kenangan yang terlintas dari masa lalu saat bulan puasa adalah menikmati ayam bakar sebelum berbuka puasa. Mungkin waktu itu merupakan kenangan bahagia. Rumah yang nyaman dan suasana yang menyenangkan.

Kenangan ini terlintas begitu saja saat saya mencoba mengambil pikiran yang hilang dari masa lalu. Kalau tidak salah itu saat saya masih Sekolah.

Keluarga kami adalah keluarga sederhana. Ayah yang masih bekerja sebagai supir angkot dan ibu yang membuka warung kecil di rumah. Andai saya bisa kembali ke waktu itu, mungkin saya lebih mengingat detailnya. Saya agak-agak lupa sekarang.

Ayam bakar

Sore menjelang, Ayah saya sudah datang sambil membawa potongan daging ayam. Bila dibandingkan tahun sekarang, mungkin saat itu keluarga kami seperti keluarga kaya saja. Ya, karena makan ayam terdengar mudah saat itu. Sedangkan sekarang, boro-boro.

Arang yang sudah digunakan sebelumnya, ditaruh dengan menghadap kipas angin kecil yang sudah dipersiapkan. Daging ayam yang telah dibersihkan dan dipotong-potong kini siap dibakar. Seperti membuat sate.

Sambil menunggu ayam jadi, Ibu saya menyiapkan bumbu kecap dengan lombok-lombok berwarna-warni yang dicampur bawang putih dan merah. Membayangkan ini saya jadi ngiler.

Ayam bakar dengan warna kehitaman dan asap yang masih terlihat kini siap dihidangkan. Es buah dan menu lainnya juga sudah siap. Kami makan tanpa meja, kebersamaan yang terasa tak terhingga.

Saya mengambil bagian daging yang terbesar. Mencuilnya dan mengaduk-aduknya dengan bumbu kecap. Tangan saya membawa daging tersebut masuk ke dalam mulut. Arghh...nikmatnya setelah bertahan dengan puasa seharian.

...

Entah berapa kali setiap puasa kami menikmati ayam bakar yang dibuat sendiri. Suasana hangat yang terjadi saat itu tidak mungkin terlupakan. Saya rindu saat-saat itu.

Saya berharap menjadi anak yang bermanfaat dan membanggakan bagi mereka. Namun sayang, itu tidak terjadi. Saya benar-benar tidak berguna. Tanpa kekuatan, saya seakan tenggelam dalam penderitaan. Andai bisa mengulang waktu, saya akan bersungguh-sungguh menjadi manusia hari ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Piala Usia U-23: Timnas Untuk Pertama Kalinya Kalahkan Korea Selatan