Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Tips Mencintai Kotamu


[Artikel 29#, kategori Semarang] Saat kamu lebih mengenal dia, di situlah kamu sedang jatuh cinta. Kamu merasakan perasaan tidak biasa. Tiap waktu yang kamu lewati penuh dengan sensasi. Menyenangkan, kecewa, tapi anehnya kamu tetap bertahan.

Begitulah perumpamaannya. Saya beberapa kali bertemu dengan orang yang lebih lama hidupnya mengenal Semarang. Mereka lebih fasih, tapi selalu berkata bahwa kota ini sudah biasa. Tak ada ketertarikan, kecuali momen tertentu.

Saya selalu bilang bahwa Kotamu ini sangat indah dan keren. Banyak hal menarik yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tapi tetap saja, ini bukan seolah tidak mencintai, ini soal pengalaman. Melihat, bercengkrama dan menceritakan kepada orang lain.

Dari sini saya mengerti bahwa tips mencintai tempat tinggal adalah menjelajahi tiap sudut dengan berbagai pengalaman. Mungkin hal sepele buat orang lain, tapi saat kembali diceritakan, itu menjadi nilai tambah yang tak pernah terpikirkan akan mendorong untuk terus melihat kembali.

Dari sudut yang ditemui, selalu ada orang menarik untuk diajak berbicara. Entah pengalaman hidup atau mimpi yang ingin atau belum terwujud. Ini tanpa sadar, memicu hati nurani terdalam yang jarang terbangun karena kurang kesadaran.

Saya lega bahwa ini jadi cerita saya. Masih banyak hal tentunya yang membuat kita mencintai sebuah kota. Dan pesan saya, ingatlah tentang ungkapan bumi dipijak, langit dijunjung.

Pengalaman itu mahal sekali. Bila sama, itu tak berarti juga tujuannya sama. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya