Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Tips Mencintai Kotamu


[Artikel 29#, kategori Semarang] Saat kamu lebih mengenal dia, di situlah kamu sedang jatuh cinta. Kamu merasakan perasaan tidak biasa. Tiap waktu yang kamu lewati penuh dengan sensasi. Menyenangkan, kecewa, tapi anehnya kamu tetap bertahan.

Begitulah perumpamaannya. Saya beberapa kali bertemu dengan orang yang lebih lama hidupnya mengenal Semarang. Mereka lebih fasih, tapi selalu berkata bahwa kota ini sudah biasa. Tak ada ketertarikan, kecuali momen tertentu.

Saya selalu bilang bahwa Kotamu ini sangat indah dan keren. Banyak hal menarik yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Tapi tetap saja, ini bukan seolah tidak mencintai, ini soal pengalaman. Melihat, bercengkrama dan menceritakan kepada orang lain.

Dari sini saya mengerti bahwa tips mencintai tempat tinggal adalah menjelajahi tiap sudut dengan berbagai pengalaman. Mungkin hal sepele buat orang lain, tapi saat kembali diceritakan, itu menjadi nilai tambah yang tak pernah terpikirkan akan mendorong untuk terus melihat kembali.

Dari sudut yang ditemui, selalu ada orang menarik untuk diajak berbicara. Entah pengalaman hidup atau mimpi yang ingin atau belum terwujud. Ini tanpa sadar, memicu hati nurani terdalam yang jarang terbangun karena kurang kesadaran.

Saya lega bahwa ini jadi cerita saya. Masih banyak hal tentunya yang membuat kita mencintai sebuah kota. Dan pesan saya, ingatlah tentang ungkapan bumi dipijak, langit dijunjung.

Pengalaman itu mahal sekali. Bila sama, itu tak berarti juga tujuannya sama. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh