[Artikel 22#, kategori event] Ketika masyarakat terus mengerubungi kawasan jalan Pemuda, lokasi Semarang Night Carnival, bloger undangan yang hadir dalam rangka Famtrip, dan semua orang yang terlibat dalam acara tahunan ini sedang bekerja keras untuk mensukseskan acara, saya sedang duduk di atas jembatan penyeberangan. Melihat sisi lain dari kemeriahan yang sudah dilakukan selama delapan tahun. Saya punya cerita yang gak enak.
Selesai sudah peserta karnaval mengakhiri rute perjalanan mereka. Meski begitu, acara masih berlanjut dengan penampilan musisi tanah air yang sengaja dihadirkan guna memeriahkan, seperti God Bless dan Once. Nama terakhir kami tidak mengikuti performnya.
Saya akhirnya bertemu dengan para bloger yang ikut menaikkan tagar SNC2018 menjadi nomor 1 Indonesia. Paling ingin saya temui adalah member bloger Asus yang beberapa minggu sebelum acara ini, kami sudah bertemu di Jakarta. Semacam menyambut tamu di rumah sendiri.
Menyenangkan jadi bloger undangan, pikir saya setelah meninggalkan kerumunan. Nginap di hotel, bicara di timeline di tempat vip, dapat makan dan berbagai fasilitas lain yang memang menjadi bagian program famtrip yang tahun ini menginjak tahun ketiga. Marah, percuma. Ntar dikira nyinyir. Toh ini kota sendiri, kalau bukan kita, siapa lagi.
Membandingkan mereka bakal tak ada habisnya tiap penyelenggaraan. Memang dalam hati ingin menjadi raja di negeri sendiri, tapi untuk menuju ke sana rupanya masih jauh. Saya harus kerja keras lagi.
Saya mengingat apa yang tadi dilakukan di atas jembatan penyeberangan. Tempat paling menarik untuk mengamati karnaval dan membawa pengalaman ke media sosial. Saya mengemasnya ke twitter Momen yang sudah ditanam di blog dotsemarang. Seperti ini hasilnya, klik
disini.
Nah saat sibuk mengambil gambar sana - sini, dua sejoli yang duduk disebelah saya membuat iri saja. Mereka benar-benar menikmati berdua dengan cara-cara orang pacaran. Pelukan, rangkulan, marah-marahan. Mereka lupa bahwa disekitar banyak orang. Apalagi saya yang paling dekat dengan mereka seolah tiada.
Miris sekali. Malam minggu yang saya harapkan berjalan lancar kali ini harus diganggu oleh mereka. Apakah saya cemburu? Tentu saja. Mengingat malam minggu selama ini sering saya habiskan di rumah saja.
Sekali keluar dengan tujuan besar membranding acara, eh dapatnya kisah asmara bertajuk kakanda. Andai saya pemberani seperti masa muda dulu, ingin sekali rasanya saya ambil si wanita. Haha..bercanda.
Kisah ini pun berakhir setelah pedal sepeda saya dikayuh meninggalkan parkir Balai Kota, yang kali ini menjadi salah satu kantong parkir yang disediakan pemerintah kota Semarang. Lumayan lelah, sampai rumah kurang dari jam 11. Bersepeda malam hari? Mungkin melelahkan tapi juga mengasyikkan.
...
Pelajaran berharganya untuk acara berikutnya (tahun depan) adalah saya harus bawa teman, tapi usahakan wanita. Biar bisa pamer pada pasangan seperti mereka. Atau sekedar menemani dengan kisah warna - warni kehidupan yang ditampilkan oleh peserta karnival.
Selamat untuk kelancaran acara ini dan syukurlah cuaca sangat mendukung yang tidak datang dengan mendung seperti beberapa tahun lalu.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar