Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

[Futsal] Kali Ini Menjadi Kiper


[Artikel 6#, kategori futsal] Salah satu dilema bermain futsal bagi sebagian orang yang bukan sebagai tim adalah ketiadaan penjaga gawang. Meski siapa pun dapat mengambil peran tersebut, saya berharap ada banyak orang ingin menjadi kiper ketimbang mengisi slot posisi pemain lainnya. Jumat pertama di bulan Mei, kali ini saya berperan sebagai kiper. Apakah mudah?

Tangan saya cedera, meski tidak parah. Untuk ukuran bukan penjaga gawang, memang ini bisa terjadi. Apalagi tidak menggunakan sarung tangan.

Dilema tidak ada pemain yang berposisi sebagai kiper

Apakah kamu mengalami juga, semisal kamu memang suka bermain futsal juga. Posisi penting ini tidak banyak yang berminat sepertinya.

Mau tidak mau, salah satu pemain harus berkorban menjadi penjaga gawang. Tidak hebat, setidaknya dapat menahan bola agar tidak lebih banyak kebobolan oleh tim lawan.

Saya sendiri secara teknik, ada sedikit kemampuan. Pengalaman dari jaman anak-anak sudah cukup memberi gambaran bagaimana saya harus bereaksi. Hasilnya seperti di atas, tangan saya mengalami cedera saat menahan tendangan kencang dari dekat.

Saya menghindarinya tapi bukan tidak mau karena tidak bisa

Hanya saja, saya takut merasa nyaman menjadi kiper. Ketika rasa nyaman itu tiba, seseorang bisa sangat lama bertahan di sana.

Akhirnya saya tidak bisa menyembunyikan keinginan tersebut. Hampir seluruh waktu yang berdurasi 2 jam, dengan beberapa pergantian tim, saya berada di bawah mistar gawang.

Ini menyenangkan, tapi saya harap pekan depan saya tidak memulai pertandingan menjadi seorang penjaga gawang. Sepertinya Jumat depan sudah masuk puasa. Apakah rehat, seperti jumat sebelumnya saya tidak bermain karena sedang berada di Samarinda.

*Sepertinya puasa masih belum

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya