Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Nasi dan Krupuk, Makanan Favorit Bukan karena Ngirit


[Artikel 43#, kategori catatan] Ketika saya mendapati tempe atau tahu dalam piring makanan saya, saya seolah sangat bahagia. Itu adalah makanan termewah yang bisa saya katakan untuk saat ini. Apalagi dapatnya ikan dan daging, sungguh saya sangat bersyukur untuk memakannya. Ini adalah kehidupan sehari-hari saya tentang makanan.

Jangan beritahu saya seperti apa kandungan sehat makanan favorit saya ini, nasi pake krupuk plus sambel dan terkadang ada kecapnya. Saya mengerti betapa pedulinya orang-orang ketika berbicara tentang kesehatan. Tapi lihatlah dari sudut pandang saya secara personal di sini.

Saya sadar bahwa makanan seperti itu bagi sebagian kalangan tidak menggairahkan, namun bagi saya ini sudah jadi rutinitas. Meski begitu, saya tak begitu saja melewatkan kandungan menu sehat untuk tubuh saya.

Segelas minuman yang ada di dalam gambar, sebelah piring saya, merupakan cara saya mengakali menu sehat untuk tubuh agar terus lancar dalam produktivitas. Apakah cukup? Tentu saja tidak. *Itu vitamin C dengan kandungan 1000mg.

Ketika saya kemarin pulang ke Samarinda, saya sering kali ditraktir makanan yang saya anggap sangat mewah. Nasi kuning, nasi goreng, nasi plus ayam dan nasi plus ikan. Bagi saya, rasanya semua hanya soal timing waktu saja.

Saya memakan nasi dan krupuk bukan berarti orangnya pengiritan, pelit atau hal-hal lainnya. Jujur arahnya memang ke sana, hanya saja saya sedang merencanakan masa depan yang menghitung waktu kadaluwarsa saya sebagai pria.

Menjadi bloger bukan sebuah kesalahan karena penghasilannya tidak rutin. Saya ingin berhemat dan menabung dari apa yang saya lakukan, itu saja. Toh soal makanan dan kesehatan, saya bisa mengakalinya dengan sangat baik.

Dan bila kurang, menjadi bloger terkadang membuat saya sering kali mendapatkan makanan (undangan) yang lebih mewah dari apa yang dihidangkan di meja makan saya (gambar di atas).

Ya, aktivitas sebagai bloger yang sering hadir dibeberapa kesempatan terkadang menguntungkan saya. Saat berada di momen tersebut, saya harus maksimal memanfaatkan makanan sehat.

Mewah yang saya rasakan tidak semua mewah yang kalian pikirkan.
Namun setidaknya bisa saya ajarkan untuk lebih bersyukur dan menghargai jerih payah, itu saja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya