Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pergi ke Hotel HA-KA Semarang dengan Bersepeda Dini Hari


[Artikel 77#, kategori aktivitas] Bila bersepeda pagi hari itu demi olahraga dirasa biasa, maka saya melakukan sesuatu diluar hal tersebut. Pergi dari rumah bersepeda sekitar jam 4 dini hari (kurang dari jam 4 sebenarnya). Tujuannya? Datang ke hotel HA-KA Semarang, ngapain?

Senin dini hari (14/5), jam 2 pagi mata saya sudah melek seperti biasa. Ya, lebih sedikit lah sekitar jam setengah 3. Sebelum pergi, saya sudah harus menyelesaikan tugas dotsemarang terlebih dahulu.

Beberapa hari sebelumnya, saya sudah menyepakati untuk datang ke hotel yang berada di jalan Jenderal Ahmad Yani Semarang ini.

Saya mendapat kesempatan untuk menginap di hotel ini sehari semalam. Tentu saat mendapatkan kepastian kabar ini sebelumnya, saya cukup senang. Kapan lagi menjadi raja di negeri sendiri yang kini semakin mandiri (tak perlu bantuan para bloger).

Alasan datang dini hari bukan langsung tidur di sana. Pihak hotel mengajak saya dan satu rekan bloger perempuan, mbak Dewi, pergi menuju Bandungan. Ini semacam paket penjualan tour wisata yang masih sedang direncanakan. Apakah ini menarik, lihat saja nanti semisal benar-benar dijadikan paket wisata oleh pihak hotel.

Pergi dari rumah yang jaraknya menuju hotel sekitar 2,2 Km seolah hal biasa. Rutenya aman untuk dijelajahi, apalagi masih disekitar Semarang bawah (kota).

Angin dini hari memang membuat tubuh terasa dingin. Jaket yang saya gunakan sebenarnya cukup menahan, hanya saja, kebiasaan pakai celana setengah lutut tanpa sadar daerah sana yang terasa dingin.

Bersepeda saya sangat menyenangkan kali ini, terutama tujuannya nanti ke Bandungan. Ada Gedung Songo yang sudah pasti saya datangi beserta rombongan yang pergi hanya menggunakan roda empat.

Setelah tiba, sempat kaget jika yang berangkat saya pikir lebih banyak orang.Ternyata tidak. Total sekitar 5 orang saja.

Ada sesuatu yang bakal saya ingat ke depannya. Tiba di hotel, saya malah mencari kamar mandi. Perut mules juga ternyata. Nah, kamar mandinya ini ternyata ada di lantai 1. Karena masih gelap, sedikit waswas juga saat menuju tempat yang diarahkan. Plus meraba-raba dimana tombol nyalain lampu.


...

Akhirnya kami berangkat juga menuju Bandungan. Mbak Dewi menunggu di rumahnya, yang kebenaran berada di Semarang atas. Satu tujuan dan gak perlu harus turun ke bawah.

Saya menyukai perjalanan sebenarnya, hanya saja perlu minum obat anti mabuk. Saya pikir bisa mengatasinya. Ternyata tidak, dalam perjalanan hingga siang hari, perasaan saya nggak karuan. Tapi lupakan. Yang penting bahagia.

Dan sepeda saya? Ada di hotel hingga akhirnya saya pulang esok harinya. Kapan lagi menginap di hotel dalam kota sendiri sambil membawa sepeda.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh