Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Putus (Lagi)


[Artikel 53#, kategori Pria Seksi] Saya seperti pria kebanyakan di usia 30-an. Namun tidak beruntung dalam percintaan. Entah dosa apa yang pernah perbuat, saya kembali dikecewakan atas nama cinta. Indah di mata, sakitnya terasa sangat nyata.

Tiada hujan tiada petir, mendadak hubungan yang sudah berjalan diminta berhenti. Hari ini kami baik-baik saja, saya pikir. Penuh senyuman, rangkulan hangat ala emoticon dan menemani sampai kembali ke rutinitas.

Kita putus saja

Kalimat pasangan saya lewat pesan teks aplikasi WhatsApp.
Saya yang masih menganggap gurauan hanya membiarkan pikiran yang saya dapatkan dari pesan tersebut lewat begitu saja. Namun komunikasi hingga melewati waktu istirahat, pasangan saya seolah mantab dengan keputusannya.

Mungkin ini yang dirasakan

Saya berada di satu titik tidak percaya bahwa saya kembali merasakan putus. Kata menikah yang didengungkan semenjak awal hubungan seakan menemukan titik jenuh. Padahal waktu masih panjang. Menikah..menikah..saat saya mencoba percaya diri, malah hanya menjadi teks di dalam buku perpustakaan hati.

Entah siapa yang salah, saya terus berusaha mengatakan hubungan ini baik-baik saja. Tapi rasanya kali ini sulit. Kata putus semakin sering terlampir setiap pesan yang berintonasi marah.

Lalu saya terkenang jaman SMA, teman duduk yang kala itu menolak menyerah mengejar wanita, sering kali merasakan putus dan jatuh bangun menembak perempuan. 

Perasaan gundah gulana, kehilangan motivasi, air mata yang menetes karena kerinduan berkecamuk menjadi satu yang disebut kegalauan. Mungkin ini yang dirasakan teman saya pada waktu itu. Apakah dirinya sangat terganggu dan alasan bolos karena itu? Entahlah.

..

Alasan putus kali ini tidak perlu saya ceritakan. Mungkin saya saja yang belum menjadi pria kuat. Seperti cerita dalam komik, ditinggalkan pas sayang-sayangnya karena belum mampu memberi yang terbaik. 

Kisah perjalanan cinta tahun ini harus diakhiri lebih cepat tahun ini. Saya berharap, ia baik-baik saja dan mendapatkan pria yang lebih baik dari saya.

**Saya kembali memutar waktu dengan membaca artikel lama. Dan ini dejavu kembali. Entah Tuhan memiliki maksud bagaimana dengan menceritakan cerita yang sama dalam perjalanan hidup saya. Apakah tidak bisa, tidak terus mengulang kejadian yang sama?

Andai saya kuat!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh