Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Putus (Lagi)


[Artikel 53#, kategori Pria Seksi] Saya seperti pria kebanyakan di usia 30-an. Namun tidak beruntung dalam percintaan. Entah dosa apa yang pernah perbuat, saya kembali dikecewakan atas nama cinta. Indah di mata, sakitnya terasa sangat nyata.

Tiada hujan tiada petir, mendadak hubungan yang sudah berjalan diminta berhenti. Hari ini kami baik-baik saja, saya pikir. Penuh senyuman, rangkulan hangat ala emoticon dan menemani sampai kembali ke rutinitas.

Kita putus saja

Kalimat pasangan saya lewat pesan teks aplikasi WhatsApp.
Saya yang masih menganggap gurauan hanya membiarkan pikiran yang saya dapatkan dari pesan tersebut lewat begitu saja. Namun komunikasi hingga melewati waktu istirahat, pasangan saya seolah mantab dengan keputusannya.

Mungkin ini yang dirasakan

Saya berada di satu titik tidak percaya bahwa saya kembali merasakan putus. Kata menikah yang didengungkan semenjak awal hubungan seakan menemukan titik jenuh. Padahal waktu masih panjang. Menikah..menikah..saat saya mencoba percaya diri, malah hanya menjadi teks di dalam buku perpustakaan hati.

Entah siapa yang salah, saya terus berusaha mengatakan hubungan ini baik-baik saja. Tapi rasanya kali ini sulit. Kata putus semakin sering terlampir setiap pesan yang berintonasi marah.

Lalu saya terkenang jaman SMA, teman duduk yang kala itu menolak menyerah mengejar wanita, sering kali merasakan putus dan jatuh bangun menembak perempuan. 

Perasaan gundah gulana, kehilangan motivasi, air mata yang menetes karena kerinduan berkecamuk menjadi satu yang disebut kegalauan. Mungkin ini yang dirasakan teman saya pada waktu itu. Apakah dirinya sangat terganggu dan alasan bolos karena itu? Entahlah.

..

Alasan putus kali ini tidak perlu saya ceritakan. Mungkin saya saja yang belum menjadi pria kuat. Seperti cerita dalam komik, ditinggalkan pas sayang-sayangnya karena belum mampu memberi yang terbaik. 

Kisah perjalanan cinta tahun ini harus diakhiri lebih cepat tahun ini. Saya berharap, ia baik-baik saja dan mendapatkan pria yang lebih baik dari saya.

**Saya kembali memutar waktu dengan membaca artikel lama. Dan ini dejavu kembali. Entah Tuhan memiliki maksud bagaimana dengan menceritakan cerita yang sama dalam perjalanan hidup saya. Apakah tidak bisa, tidak terus mengulang kejadian yang sama?

Andai saya kuat!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Halo, Mei 2024