Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Bermaksud Menakuti, yang Ada Malah Ditinggali


[Artikel 29#, kategori Cinta] Tetap dilawan alias keras kepala sampai akhir. Tidak ada penyesalan sama sekali meski tidak melakukan kesalahan atau memiliki kekurangan. Mungkin sudah saatnya melepaskan demi kebaikan dirinya.

Mencintai seseorang memang tidak mudah. Dalam kondisi tertentu, melakukan hal gila biasanya dapat tersentuh. Sayangnya hasilnya tetap tak mau bersatu.

Berulang kali putus, berulang kali menyerah, saya pikir hubungan kami sudah dewasa. Nyatanya tak berubah sama sekali. 

Bermaksud memberi pelajaran bagaimana rasanya ditinggal pergi atau sugesti, yang terjadi malah benar-benar pergi.

Memarahi untuk menakutinya

Jangan lakukan itu bila tidak ingin ditinggal dan menyesal kemudian. Apalagi untuk wanita yang memang sangat keras kepala. Sangat sulit.

Pria diharuskan tetap tunduk, tak boleh melawan dan cukup satu peraturan bahwa yang paling benar adalah wanita.

Saya melakukan kesalahan fatal yang sudah terlanjur menyulut emosi. Berharap diperhatikan lebih, malah jadinya benar-benar ditinggal pergi. 

Caranya memang salah, dan saya menyesal melakukannya. Permohonan maaf seperti tidak berarti sekarang. Terlanjur sakit hati karena sikap yang tidak pasti.

Di masa depan, saya lebih baik memilih selingkuh bila terjadi pertengkaran yang membuat hubungan renggang. Tidak lagi hal-hal konyol yang terjadi hanya lewat pesan chatting. 

Saya ingin mencontohnya saat marah dan langsung mengatakan putus, datang kembali tanpa kompromi siapa yang salah. Menerima kembali kekurangan dan meneruskan hubungan.

Andai dia memiliki jiwa besar seperti itu dulu, mungkin harapannya di masa depan tidaklah sia-sia.

...

Saya harap dia ketika memiliki pasangan kembali, dia memikirkan masa lalunya untuk tidak melakukan kesalahan yang sama.

Bukan kekerasan fisik, selingkuh, berbohong yang membuat hubungan putus, tapi sikap keras kepala untuk tidak mengakui kesalahan meski tidak pernah melakukannya.

Ya, saya yang salah sampai akhir. Saya menyesal dan saya minta maaf telah melakukannya.

*Mungkin ini jalan terbaik dan pengalaman sangat berarti buat saya. Mencintai itu perlu mundur demi kebaikan orang lain.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya