Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Jumat yang Selalu Buruk (Asmara)


[Artikel 27#, kategori Cinta] Saya tak habis pikir dibalik kesenangan saya bermain futsal, mendatangkan kebahagiaan, ada sisi lain yang membawa keburukan. Perasaan kesal, sedih, dan buruk. Tiap Jumat, tragedi itu selalu datang. 

Saya mencoba menganalisis, masalah hubungan saya kenapa selalu seminggu sekali datang. Nggak bisa santai atau bahkan nyantai lama gitu tanpa masalah.

Terbaru, pada saat sudah berhasil mengidentifikasi masalah tiap hari Jumat, eh tetap saja datang lagi. Dan kali ini lebih parah.

Hubungan saya masih berjalan dengan pasangan. Bisa dikatakan aneh setelah deklarasi putus yang disampaikan.

Oke, saya bahagia saat itu. Tidak mengira, bahkan tidak menyangka kejadian seperti di film-film itu datang kepada saya.

Hubungan yang baik tentu saja ingin dibagikan dan diceritakan. Tapi malah lupa bagaimana bahagia itu dituliskan di halaman ini.

Saat menikmati hari balikan, Jumat sudah datang kembali dengan perkara baru. Kami diam-diaman. Saya malas bertanya kabarnya meski sangat dekat dengan jarak rumah saya.

Pesan terakhir yang dikirimkan adalah ia mengatakan membenci saya. Sudah berusaha dan bahkan mengirimkan pesan kembali, ia tak ada membalas sama sekali.

Ia pernah berujar bahwa ia ingin diperhatikan dan saya orang tidak peka. Sepertinya dia lupa bahwa dirinya sendiri sudah jarang bertanya kabar tentang saya.

Jumat depan, semisal tidak ada kabar, mungkin saya sudah menyerah dengan hubungan ini. Biarkan saya menjadi egois dan manusia tak berbudi. Karena saya tahu, mungkin ini sudah saatnya saya melepaskan Jumat untuk kembali ke kehidupan normal.

Harapan lebih tentang masa depan bersama dia rasanya tidak sesuai harapan dengan apa yang ia pikirkan. Ia mau bahagia, tapi tak mau menderita. 

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh