Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Panen Buah Kelengkeng


[Artikel 2#, kategori rumah] Maret adalah bulan dimana musim buah kelengkeng mencuri perhatian disekitar rumah. Dan bulan April, saya panen buah kelengkeng. Menyenangkan pastinya bisa memetik buat yang ada di taman rumah sendiri.

Pohonnya tidak besar seperti pohon mangga atau pohon buah jambu yang ditanam disekitar rumah. Tapi ini adalah kali kedua pohon kelengkeng berbuah dan rasanya manis.

Memang tidak seperti kelengkeng yang saya makan besar ukurannya saat acara di Indosat, tapi tetap saja memetik sendiri itu memberikan pengalaman berbeda.

Hingga tulisan ini saya buat, buah kelengkeng tinggal menunggu matang saja. Sedikit demi sedikit diambil dan dimakan sendiri.

Beberapa tetangga sepertinya ada yang mencobanya langsung. Meski yang saya temui atau lihat langsung hanya sedikit. Saya harap mereka bilang untuk mengambil dan pasti saya persilahkan.

Selamat musim buah!

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya