Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Tak Bersosialisasi dengan Tetangga Bukan Berarti Anti Sosial


[Artikel 1#, kategori rumah] Saya hanya trauma dengan perlakuan beberapa orang saja dan ini yang membuat saya tidak begitu aktif di lingkungan sekitar. Apa yang orang-orang pikirkan tentang saya adalah salah bila tak pernah mengobrol lebih jauh. 

Tiba-tiba saja kepikiran setelah menonton tayangan 86 di Youtube. Bagaimana tanggapan warga, terutama tetangga dari terdakwa yang dibawa Polisi. 

Dia baik, pendiam dan ramah. 

Saya memikirkan sesuatu, andai saya berada diposisi tersebut, apakah yang tetangga katakan tentang saya yang begitu jarang bersosialisasi terhadap sekitar. Bahkan untuk berkontribusi pun saya enggan.

Masih trauma

Saya tinggal di daerah yang awalnya masih bisa dihitung penghuninya. Perlahan-lahan, orang-orang mulai menempati kawasan yang bisa disebut sebuah perkomplekan.

Rasa sosialisasi saya yang tinggi sebenarnya, karena memang senang berteman dan bicara dengan banyak orang, membuat saya tertarik untuk sering bicara dengan tetangga baru.

Ada yang berasal dari pasangan muda-mudi, pasangan yang punya pengalaman dalam pernikahan yang sudah lama hingga ibu-ibu yang punya wajah sangat baik.

Kenyataannya saat waktu terus berjalan, harapan saya terhadap makna kebaikan tetangga berubah drastis. Saya pikir wajar bila ada konflik kecil dalam bertetangga.

Saya jadi trauma dengan perlakuan beberapa tetangga terhadap saya dan penghuni rumah saya. Entah karena itu sekedar usil atau memang dari diri saya yang membuat mereka seakan murka.

Semenjak itu terjadi, saya tidak ingin menjadikan harapan yang saya dapatkan berimbas kembali ke depannya. Saya akhirnya membatasi diri. Bertegur sapa disaat disapa, dan tersenyum saat hanya saling berpapasan. Selebihnya, saya tidak ingin terlibat apapun dengan segala aktivitas.

...

Beginilah saya, dengan sikap kurang dewasanya dalam menjalani kehidupan. Awalnya yang dianggap menyenangkan dan memiliki harapan tinggi akan kebaikan, sekali merasa tersakiti untuk hal-hal yang memang sangat kritis, saya lebih baik mundur dan diam untuk tidak terlibat.

Banyak orang baik sebenarnya yang sering saya temui. Namun tak banyak orang baik yang memang bersikap baik dari apa yang dilihat sehari-hari.

Artikel terkait :
  • Belum ada

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng