Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pelajaran, Menjaga Citra Itu Sangat Penting di Era Media Sosial


[Artikel 1#, kategori branding] Hari ini saya dipertontonkan betapa kejamnya sebuah kampanye brand. Saya sebenarnya sudah melihat baru-baru ini bagaimana para milenial berpindah tempat kerja dengan entengnya. Kini, saya kembali melihat betapa mudahnya bloger berpindah hati. 

Saya tak berpikir kejadian ini berlanjut pada suatu tindakan. Semut dikasih gula, sah-sah saja mereka tergiur untuk datang. Begitulah akhir bulan ini saya melihat sebuah kejadian menarik. 

Kejadian ini bukan saja menegaskan betapa milenial sulit setia pada satu merek, tapi juga tentang komunitas yang dibangun bahwa atas nama cinta dan pemberian pun, kata setia tetap akan terpengaruh.

Orang-orang yang mencibir selama ini rasanya akan tertawa bahagia. Citra yang dibangun dalam sekejap mata berubah menjadi petaka. Tak selamanya setia itu indah katanya.

Saya jadi memikirkan bagaimana kebersamaan waktu jaman Blogdetik dulu. Kami bersama, satu atap, mengatakan setia dan cinta dalam satu ikatan yang dibuat dalam satu kesatuan, yaitu komunitas.

Saya tidak ingin membicarakan dotsemarang sebagai komunitas, tapi dari sini banyak pengalaman akhirnya yang saya dapatkan untuk jadi bahan pelajaran (kehidupan).

Benang itu pun akhirnya terpaksa diputus. Akibatnya, perasaan itu kembali dibawa pada kehidupan sehari-hari. Selalu mawas diri untuk tidak begitu setia pokoknya. 

Ibaratnya tinggal di rumah, diberi fasilitas dan diurusin semua, tapi saat ada rumput tetangga yang lebih hijau, rumah lama ditinggalkan. Kasian si tuan rumah dan citra yang digembor-gemborkan.

Sekarang melihat mereka asyik di rumah tetangga sebelah, seperti membuat kebohongan besar tentang diri mereka sendiri.

Branding diri

Bicara sudut pandang citra atau branding, ini sebuah kesalahan sebenarnya. Apalagi untuk mereka yang tergabung dalam komunitas yang mengkalim diri sebagai bagian dan memiliki respect di sana.

Seharusnya tidak ada komunitas untuk ini.

Media sosial yang diharapkan mendapatkan trending adalah hal utama yang biasa kini dilakukan. Hanya saja, kadang kita tidak pernah melihat siapa yang menjadi pengikut kita. 

Jika akun yang digunakan merupakan official media, akun khusus, itu tidak masalah. Yang jadi masalah adalah akun personal yang saling kenal dengan banyak rekan-rekan sejenis atau seprofesi. Ini yang berbahaya.

Kampanye yang dilakukan memang tidak salah dan saya pun sering mengikutinya. Jangan berpikir mereka iri atau tidak memiliki kemampuan seperti kita. Itu hanya sudut pandang atau pemikiran saja. Artinya mereka peduli, tapi tak mengerti kenapa bisa terjadi.

Selama ini seseorang yang tanpa sadar bicara merek A biasanya sudah dilabeli citra si perusahaan A. Dan ketika seseorang tersebut berpindah dan membicarakan si B, maka tentu hal wajar kita menilainya gimana gitu. 

Pelajaran berharga

Ini jadi pelajaran berharga buat saya khususnya ke depan nanti. Tapi tetap berharap, semua yang melakukan tindakan tanpa sadar membangun persepsi juga harus mengerti akibatnya.

Merawat merek pribadi adalah tantangan yang kita semua hadapi, tetapi tidak pernah lebih mudah untuk mengakses sumber daya yang dapat membantu kita melakukan hal ini hari ini.

Tidak ada yang salah dengan ini. Yang salah adalah pemikiran saja dan konsen kemana diri yang dibawa. Postingan ini sekali lagi bicara dari sisi branding diri, meski saya bukan sang ahli.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh