Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Sedang Tidak Ingin Berkomunitas


[Artikel 8#, kategori komunitas] Berkomunitas itu sangat menyenangkan. Buat kamu yang sedang tidak berkomunitas, saya sarankan untuk masuk ke sana. Kamu dapat teman, pasangan, pengalaman yang tidak pernah kamu alami, keluarga kedua hingga rasa tolong menolong. 

Hai teman-teman,

Untuk hari ini, saya ingin berjalan sendiri. Saya sedang tidak ingin berkomunitas meski di sana seperti surga yang menunggu. Saya akan menyesal? Tentu saja saya sangat menyesal tidak bergabung di sana.

Saya sudah pernah berkomunitas dan bahkan mendirikan komunitas. Ini adalah alasan sederhana saya saat ini. Seperti naik mobil, tapi setiap aktivitas, saya malah naik sepeda. Padahal saat bawa mobil, saya bisa membawa banyak orang dan terlindungi dari panas dan hujan.

Saya yang memilih untuk tidak berkomunitas.
Saya belum bisa menghilangkan trauma saya saat ini. Bahkan tahun 2016 membangun hubungan tanpa embel komunitas pun, saya tetap saja masih trauma.

Menurut saya, membangun itu mudah. Menghancurkannya juga mudah. Saya melewati fase ini dan entah kenapa saya belum bisa move on di sini. Apakah saking besarnya cinta saya diwaktu dulu hingga rasa bencinya pun sebesar dulu.

Umur juga menjadi penentu saya saat ini meski masih banyak yang lebih senior saya masih bersemangat berkomunitas. Tapi itu mereka, bukan saya.

Saya berharap ada orang yang bisa menyembuhkan trauma saya. Mengatakan baik-baik saja dengan beban yang begitu berat dipundak saya.

Jujur, saya tidak ingin kehilangan orang-orang lagi saat berada di komunitas. Mereka sangat bersemangat saat merasakan nikmatnya berkomunitas, tapi tetap saja perlahan tapi pasti, semua akan pergi seperti yang telah saya alami.

Maafkan saya untuk saat ini mengatakan bahwa saya tidak ingin berkomunitas. Saya tidak ingin menjadi Asmari yang dulu yang sangat antusias dan membangga-banggakan orang lain dan akhirnya orang tersebut pergi.

Semoga ini menjadi jawaban saya dikemudian hari saat saya masih sendiri. 

Artikel terkait :

Komentar

  1. Apapun trauma itu, memaafkan masa lalu adalah cara terbaik untuk menyambut masa depan yang lebih baik tentunya. I wish all the best to you. Hope your dreams come true.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sudah memaafkan masa lalu.
      Hanya saja untuk membangun yang baru, saya perlu sesuatu yang lebih besar buat ini.

      Terima kasih

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh