Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Daripada Marah, Lebih Baik Diamkan Sampai Tahu Kesalahannya Sendiri


[Artikel 7#, kategori Cancer] Salah satu kelemahan warga Cancer adalah mereka akan cuek bebek ketika kamu melakukan salah dan tidak merasa apa-apa. Daripada memarahi kamu, lebih baik didiamkan. Sampai kamu tahu apa kesalahanmu.

Tidak menyenangkan memang memiliki sifat cuek gini. Tapi inilah yang terjadi. Apalagi kamu berbuat salah, dan seolah tanpa beban alias nggak tahu apa-apa tentang kesalahanmu. Kalau kamu ingin tetap berhubungan baik dengan warga Cancer, kamu harus sedikit peka. Mengapa mereka tiba-tiba diam dan berubah, mendiamkan kamu seakan dia sok sibuk atau malas.

Nggak Jahat Kok, Cuma butuh kamu mengatakan sesuatu kepadanya

Saya sedang kesal sama seseorang yang awalnya begitu saya hargai dan apresiasi. Memang, saya memiliki kepentingan dengannya, terutama program baru saya untuk dotsemarang di media sosial.

Kami sudah bertemu, menikmati sore dan ditemani hujan. Saya pikir, itu adalah langkah baik dan positif untuk melanjutkan program baru saya. Saya terus menunggu kabar baik. Karena saya yakin, program ini dengan mengangkat tema yang sedang dikerjakannya sangat menarik untuk diketahui.

Beberapa hari, saya seakan di PHP saja. Oke, saya bersabar. Saya punya pengalaman tentang memanage kesabaran, jadi tak perlu buru-buru. Satu minggu berlalu, dan saya masih di PHP. Katanya besok, lusa dan lusanya lagi.

Akhirnya yang ditunggu-tunggu memang benar-benar mengecewakan. Sambil berpikir positif, lalu - lalang timeline Twitter begitu ramai kemarin. Dia, sepertinya baik-baik saja. Pesan saya sepertinya nggak sampai? Apakah karena saya bukan orang besar atau orang baik?

Baiklah jika begitu, saya harus mengikhlaskan melepas kepentingan saya ini dengannya. Jujur, saya marah dan sangat tidak respect dengannya. Saya benar-benar jengkel bahwa kenyataannya tidak baik.

Dari sini, saya mulai kembali sifat alami saya sebagai warga Cancer yang cuek bebek. Biarlah, toh dia sudah tak berguna lagi. Saya jadi ingat dengan teman Sekolah saya yang saya cuekin beberapa bulan karena alasan sepele. 

Semenjak dia merasa bersalah, dan meminta maaf, saya dan teman saya menjadi sahabat hingga kami sangat dekat. Pengalaman ini membuat saya seperti berkaca pada diri yang dulu. 

Saya nggak jahat sebenarnya, hanya saja saat saya percaya seseorang dan disakiti, saya benci setengah mati. Daripada marah, lebih baik saya diam saja dan seolah tak punya masalah. Meski dalam hati, saya marah dan kesal. Saya akan ingat selalu perlakuannya.

...

Begitulah kelakuan saya sebagai salah satu warga berbintang Cancer. Kepercayaan adalah harga mati buat saya. Saya akan sangat menghormati dan mengapresiasi setiap kali bertemu dengan orang. 

Tidak mudah memang menjadi manusia baik. Kadang karena terlalu baik, kita tidak ingin menyakiti. Pada akhirnya, kita saling cuek dan tidak percaya satu sama lain.

Hingga sekarang saya selalu memiliki prinsip dalam hidup tentang pertemanan. Jadilah diri sendiri, semisal kamu penjahat, katakan dari awal, ketimbang pura-pura baik, namun sebenarnya jahat.

Saya senang kejujuran meski pahit dirasakan di depan. Tapi dengan kejujuran, saya tahu harus memperlakukan seseorang dengan porsinya. Karena saya sangat takut apabila bertemu seseorang yang baik, dan saya perlakukan tidak baik, malah menjadi dendam. Padahal saya sudah memberi porsi.

Saya harap, kejadian ini tidak kembali lagi menghinggapi saya. Bila tidak bisa, katakan tidak. Jangan paksa bahwa kamu bisa.

*Karena masalah ini, program saya jadi berantakan. Semoga orang itu menjadi orang baik dan tidak ada lagi barisan sakit hati karena kelakuannya. Mari peduli dengan hal paling kecil sekalipun.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh

Berkenalan dengan Istilah Cinephile