Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Hari Raya Idul Adha 1439H


[Artikel 7#, kategori lebaran] Idul Adha tahun ini sepertinya bakal beda dengan kehadiran Presiden yang pengumumannya sudah dilakukan sejak awal bulan Agustus. Saya sangat bersemangat dan berharap mendapatkan momen terbaik saat di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) sebagai tuan rumah kehadiran pak Jokowi nanti.

Harapan itu sirna rupanya. Datang sebelum jam 6 pagi setelah shalat subuh, rasanya sia-sia. Apalagi menunggu dengan duduk-duduk di tempat strategis yang berharap melihat rombongan iring-iringan Presiden melewati pintu gerbang utama MAJT.

Tak ada sirine, tak ada rombongan dan ini sudah waktunya memasuki waktu shalat ied yang kali ini diadakan sekitar jam 6.20 wib.

Dari dalam diri sebenarnya kecewa, tapi mau gimana lagi. Beliau tentu sibuk. Kehadiran pak Ganjar, Gubernur Jawa Tengah yang mengkonfirmasi bahwa Presiden tidak datang setidaknya sudah cukup mencari alasan demi alasan.

Menu hari raya, warteg

Bisa dikatakan, jamaah yang datang sangat banyak. Bila melihat dari tahun ke tahun, tentu sepertinya biasa melihat pemandangan seperti ini.

Beberapa pemuda yang tergabung dalam ikatan remaja masjid dengan semangat menunggui kardus yang bertuliskan donasi buat Lombok. Bahkan mereka sesekali diminta tolong untuk memotret jamaah yang usai menunaikan shalat.

Langkah saya tak langsung pulang ke rumah. Kemari dengan bersepeda, mau tak mau harus sedikit bersabar dengan banyaknya kendaraan yang juga ingin keluar dari kompleks masjid.

Setelah dirasa jalanan yang penuh sesak kendaraan sudah longgar, saya akhirnya memutuskan pergi. Pemandangan menarik terlihat di luar lokasi, banyak jamaah yang memenuhi masjid tadi sedang makan di pinggir jalan dekat masjid.

Semua pedagang kali ini mendapatkan berkah. Semua kedai dan warung makanan diserbu oleh mereka. Saya pikir juga harus makan dulu sebelum pulang. Apalagi di rumah, sudah tidak ada beras tersisa.


Ya, warteg. Menu ini yang saya makan untuk hari raya idul adha kali ini. Sepertinya menu lebaran yang saya tunggu-tunggu, opor ayam, masih terlalu sulit didapatkan.

...

Kenyataannya adalah bahwa apa yang sudah direncanakan jauh-jauh hari dan sangat matang, bisa saja gagal didetik-detik akhir sebuah rencana.

Pelajaran berharga tentunya di hari yang penuh berkah ini. Semoga kita semua diajarkan untuk tetap terus sabar dan menerima dengan lapang dada.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh