Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Virus Opor Ayam di Hari Lebaran


Bukan tentang penyakit, tapi keinginan untuk makan Opor Ayam pas lebaran. Sudah 4 kali lebaran nggak kesampaian, termasuk lebaran tahun ini. Virus ini semakin menjadi-jadi kala media sosial dimanfaatkan sebagai ajang pamer makanan. Sungguh terlalu.

Sebenarnya untuk makan opor ayam bisa kapan saja, hanya saja momen lebaran itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Maklum, tiap lebaran saya sendiri di rumah Semarang.

Saya pernah berharap akan mendapatkan sajian opor ayam dari seseorang yang rencananya mau membawakan ke rumah. Sayang, itu tidak jadi.

Tahun ini memutuskan lebaran di Semarang keadaannya masih sama. Jangan berharap ada makanan enak, punya nasi aja untuk di makan saja udah membuat saya bahagia.

Saya tahu, di luar sana masih banyak yang kurang dari kehidupan saya. Saya sangat bersyukur. Tapi tetap saja, timeline yang membakar dengan berbagai hidangan, membuat saya iri.

Iri terhadap mereka yang dapat pamer makanan dan mengatakan kebanyakan makanan itu gak enak. Iri dengan foto makanan yang menganggap media sosial merupakan ajang pamer.

Saya di sini, menelan ludah dan berharap 50 ribu sisa terakhir yang ada di dompet bisa disimpan. Meski pada akhirnya, 50 ribu melayang hanya untuk beli makanan kucing.

Semoga tahun depan, saya bisa makan opor ayam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya