Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Virus Opor Ayam di Hari Lebaran


Bukan tentang penyakit, tapi keinginan untuk makan Opor Ayam pas lebaran. Sudah 4 kali lebaran nggak kesampaian, termasuk lebaran tahun ini. Virus ini semakin menjadi-jadi kala media sosial dimanfaatkan sebagai ajang pamer makanan. Sungguh terlalu.

Sebenarnya untuk makan opor ayam bisa kapan saja, hanya saja momen lebaran itu tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Maklum, tiap lebaran saya sendiri di rumah Semarang.

Saya pernah berharap akan mendapatkan sajian opor ayam dari seseorang yang rencananya mau membawakan ke rumah. Sayang, itu tidak jadi.

Tahun ini memutuskan lebaran di Semarang keadaannya masih sama. Jangan berharap ada makanan enak, punya nasi aja untuk di makan saja udah membuat saya bahagia.

Saya tahu, di luar sana masih banyak yang kurang dari kehidupan saya. Saya sangat bersyukur. Tapi tetap saja, timeline yang membakar dengan berbagai hidangan, membuat saya iri.

Iri terhadap mereka yang dapat pamer makanan dan mengatakan kebanyakan makanan itu gak enak. Iri dengan foto makanan yang menganggap media sosial merupakan ajang pamer.

Saya di sini, menelan ludah dan berharap 50 ribu sisa terakhir yang ada di dompet bisa disimpan. Meski pada akhirnya, 50 ribu melayang hanya untuk beli makanan kucing.

Semoga tahun depan, saya bisa makan opor ayam.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh