Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Pertama Kali Salat Idul Fitri di Simpang Lima Selama Tinggal di Semarang



Tahun ini saya punya cerita bagus untuk saya tulis di halaman blog ini. Momen tidak mudik kali ini saya ambil dengan sebaik mungkin. Pengalaman yang saya harapkan selama ini yang akhirnya tercapai. Ya rabu pagi (6/7/2016), saya salat Idul Fitri di Simpang Lima Semarang.

Saya mencoba tidak mengulangi kesalahan lebaran tahun lalu karna tidak salat Idul Fitri, duh. Saya ketiduran hehe.. Tahun lalu ceritanya sama seperti sekarang yaitu tidak mudik. 

Salat Ied di Simpang Lima

Jangan tanya bagaimana saya bisa bangun pagi kali ini. Saya sudah terbiasa bangun sekitaran jam 2 pagi. Kenapa tahun lalu nggak salat Ied, itu karna saya memutuskan tidur lagi jam setengah 5 pagi. Padahal udah bangun, tuh.

Rencana yang sudah saya putuskan dengan mateng ini berjalan dengan sangat baik. Setengah 6 pagi saya sudah meninggalkan rumah. Sempat galau awalnya dengan kendaraan apa yang digunakan. Dan pada akhirnya saya bersepeda juga menuju lokasi salat.

Selain niat utama adalah salat, saya punya niat terselubung lainnya mengapa bersikeras ingin salat di Simpang Lima. Apalagi kalau bukan mengabadikan momen ini nantinya di blog. Semacam liputan ala jurnalis.


Rasanya tidak afdol kalau saya hanya mencomot gambar di media sosial untuk menggambarkan suasana salat ied di Simpang Lima, meski tren sekarang bisa dilakukan dan saya juga sering melakukan. Namun kali ini saya mencoba idealis sedikit.

Seorang yang benar-benar menganggap dirinya blogger pasti tidak melakukan hal tersebut. Mereka akan terjun langsung ke lapangan dengan mengambil momen serta merasakannya. Dari situ semuanya kemudian dikemas dengan sedemikian rupa sebelum disajikan kepada pembaca dunia maya. Dan juga sebagai bentuk pertanggung jawaban.


Suasana

Seperti Car Free Day tiap minggu, arah masuk ke Simpang Lima ditutup layaknya rute CFD. Simpang Lima benar-benar steril dari kendaraan. Ada beberapa petugas dari kepolisian dan juga masyarakat yang mengarahkan parkir buat kendaraan.

Karena saya bersepeda, kendaraan saya berlenggang tanpa dibatasi melintas jalan raya. Tapi bingung juga, dimana saya harus menaruh sepeda saya?

Anda tahu pakaian apa yang saya gunakan untuk salat ied kali ini. Melihat masyarakat yang akan salat mengenakan pakain salat, saya jadi malu sebenarnya. Saya seperti biasa menggunakan celana pendek, tas punggung dan jaket. Mana pakain salatnya??? Untunglah saya percaya diri kali ini. Saya bawa sarung, kok. Plus sajadah tentunya.

Waktu yang terus berlalu dan tangan yang tanpa lelah mengabadikan tiap momen tanpa sadar sudah banyak masyarakat yang berkumpul. Saya sendiri akhirnya memutuskan mengambil tempat di lapangan Simpang Lima.


Untuk kali ini panitia salat lebih tegas soal pembagian shaf. Saya jadi ingat tahun lalu yang katanya tercampur-campur. Tahun ini sudah lebih baik. Panitia sudah menempatkan banyak orang disetiap titik kali ini. Meski tidak begitu sempurna juga kenyataannya.

Cuaca yang begitu cerah plus hembusan angin yang membuat tubuh terasa dingin membuat saya begitu menikmatinya. Hampir seluruh jalan raya di Simpang Lima ini penuh sesak jamaah. Apakah ada ribuan bila melihat banyaknya orang salat di sini.

...

Akhirnya tercapai juga bisa salat Ied di Simpang Lima selamat tinggal di Semarang dari tahun 2007. Setelah selesai salat, mungkin saya adalah orang paling banyak dilihat banyak orang mengingat khutbah belum selesai, saya malah mengelilingi kawasan Simpang Lima untuk mengabadikan tiap momen.

Kasus bom Solo yang terjadi sebelumnya rupanya membuat pengamanan salat di sini ditingkatkan. Beberapa petugas dari Brimob sangat terlihat jelas keberadaannya. Tapi tidak begitu saya perhatikan, termasuk masyarakat yang fokus dengan salat.

Kira-kira tahun depan saya melakukan apalagi?

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh