Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Begini Rasanya Menjadi Senior Dalam Berkomunitas



[Ini adalah artikel ketujuh kategori komunitas] Saya ingat jaman dulu saat saya masih semangat berkomunitas. Saya punya hasrat besar membangun mimpi melihat Semarang lebih baik lagi. Membantu harapan sebagian orang yang sudah makan asam garam atau yang dianggap senior. Biarkan saya berusaha menjangkiti teman-teman saya dengan cinta dan pengorbanan.


Dulu, saat masih sering kumpul bareng dedengkot komunitas. Dari satu komunitas, saya bertemu berbagai komunitas. Dari berbagai komunitas saya bertemu banyak orang yang memiliki mimpi yang sama. Hanya saja, mereka sudah lelah mengurusi mimpi mereka. Ya, tidak semuanya lelah. Selalu ada yang mengalah.

Begini toh rasanya

Perlahan, saya berhasil membangun komunitas dan mungkin dikenal sebagian masyarakat Semarang terutama mahasiswa dan komunitas lain. Saya menikmati puncak tersebut dan terus menularkan semangat kepada yang lain.

Timingnya pas, komunitas yang saya bangun juga berbarengan dengan platform blogdetik yang mempersatukan blogger di seluruh Indonesia. Jadi saya bersama dotsemarang tak sekedar mengibarkan bendera di negeri sendiri (semarang), tapi mencoba lebih besar di seluruh negeri dengan tetap mempromosikan Semarang.

Saat sudah merasakan puncak, roda kehidupan ternyata harus berputar. Saya berada dititik bawah. Saya banyak kehilangan teman. Tak ada satu pun yang bicara tentang kemana mereka selanjutnya. Yang ada, saya dianggap terlalu bernafsu dengan mimpi.

Hari ini (28 Juli 2016), saya merasakan menjadi senior. Oh begini toh rasanya. Hasrat yang menggebu-gebu dulu, sudah hilang. Saya belum menemukan diri saya pada diri seseorang saat ini. 

Saya seperti punya muka dua. Satu sisi ingin terus bersemangat, sedangkan satu sisi lagi ingin melihat orang-orang baru memiliki hasrat lebih besar dari saya. Mereka punya inisiatif tanpa disuruh, mereka bergerak tanpa dikomandani dan mereka punya ide-ide briliant yang siap dikolaborasikan dengan orang seperti saya.

Ternyata, itu tidak mungkin. Senior tetaplah orang yang harus membimbing junior. Saat senior diam, junior pun diam. Seperti anak ayam yang mengekor induknya.

Regenerasi yang salah

Tidak semua orang sama dan salah. Ada sebenarnya sebagian yang memiliki sesuatu yang tetap sama namun buat saya itu salah. Generasi yang hidup di era saya memang telah tiada. Dalam artian kerja, menikah, pindah atau menjalani passion.

Nah, mereka ini meninggalkan generasi yang buat saya ini salah. Mereka melakukan hal yang sama tapi hasilnya tidak sama. Mereka seolah tenggelam oleh pandangan mata saya. Apakah ini salah regenerasi yang katanya memperpanjang kehidupan komunitas?

Mereka yang bertahan 

Ada yang dari awal sampai sekarang masih bertahan. Tapi saya tak melihat itu sebagai harapan yang saya inginkan. Tujuannya sudah beda meski dulu pernah berkata sama. 

Ya, saat project datang dengan uluran tangan kadang menyenangkan karena tujuannya baik. Tapi saat project tidak datang dan vakum, saya kira itu bukan tujuan saya. Saya mengerti akhirnya.

Semangat baru, bukan begitu

Ada juga yang baru ngebangun komunitas dan saya malah melihat cermin diri saya sendiri. Wah seru ini, mungkin hasratnya sama seperti saya. Sangat menggebu-gebu.

Tapi ternyata tidak sama. Generasi ini memang lebih baik dari saya, tapi tetap saja tidak membuat apa yang saya impikan bisa kembali bangun. Nilainya sudah berbeda.

...

Saya menyadari beginilah perasaan menjadi lebih tua atau senior. Buat sebagian pria seperti saya, mereka mungkin sudah menikah dan sibuk mengurusi rumah tangga. Memanage pekerjaan dan aktivitas sehari-hari itu tidak mudah.

Bila ada acara kumpul-kumpul, mereka tetap mengusahakan datang asal dengan nilai yang punya bobot. Kalau acara remeh temeh, saya yakin dan sependapat bahwa itu buang-buang waktu.

Saya berusaha terus membangun orang-orang yang punya semangat. Sayangnya, ego dan perasaan saya tidak bisa dibohongi. Masa saya harus terus mengayomi mereka. Apakah tidak ada generasi seperti saya yang berusaha mengatakan saya lebih baik dari senior.

Apakah tidak ada semangat, ide briliant, yang mengatakan yuk kak datang dan mari melihat yang berbeda. Mungkin ini memang waktu saya untuk beristirahat dan duduk tenang seperti jaman senior saya yang menganggap ini sudah biasa dan pernah dilakukan.

Semoga, ada yang berbeda hari ini.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh