[Ini adalah artikel keenam kategori Generasi Millenials] Apa yang terjadi pada tahun 2050 kelak? Sudah membayangkan kesana? Kira-kira berapa umur Anda saat itu? Saya sudah menghitung umur saya saat itu adalah 64 tahun. Lalu, apa hubungan dengan artikel ini.
Judul postingan ini saya ambil dari website marketeers.com yang dipublish tanggal 27 Juni 2016, link originalnya ada di bawah nanti. Artikel ini melengkapi konten sebelumnya yang sudah saya masukkan dalam kategori Generasi Millenials (sudah saya sebut sebelumnya).
Generasi Milleniasl yang tidak suka berinvestasi
Apakah benar, saya yang termasuk generasi Millenials (lahir dari 1981-2000), tidak suka berinvestasi? Kalau boleh saya jawab, itu benar. Sederhananya, tiap kali mau naruh duit buat ditabung aja pasti tidak bersisa. Ditambah pekerjaan yang belum tentu gajiannya.
Nah, artikel yang dipublish marketeers ini memberikan beberapa alasan mengapa orang seperti saya yang saat ini berusia 30 tahun atau generasi Millenials pada umumnya tidak berinvestasi. Padahal investasi itu maksudnya menyisihkan sebagian penghasilan seseorang untuk menghasilkan pendapatan di masa depan.
Ada 3 alasan yang ada dan saya komentarin disela-sela paragraf berikut ini :
1. No Money
Alasan utama seorang milenial enggan berinvestasi adalah merasa ia tidak memiliki uang. Padahal, anggapan itu sama sekali tidak benar.
Menurut Martha Christina, Head of Education Philip Securities, salah satu instrumen investasi saat ini, yaitu reksadana, bisa dimulai oleh investor dengan hanya menyetor uang sebesar Rp 100.000. Millennials pun direkomendasikan untuk melakukan investasi secara berkala dari uang saku atau gaji yang mereka dapat setiap bulan.
Beberapa perencana keuangan merekomendasikan bahwa 20% dari penghasilan bulanan yang didapat, harus dialokasikan untuk kebutuhan investasi.
Komentar : Saya berbicara pada diri sendiri mengapa saya tidak memiliki uang untuk berinvestasi. Ya, ini karna pekerjaan saya sebagai full time blogger belum memberikan efek seperti pekerja yang ada di bank, perusahaan maupun pegawai negeri. Yang tiap awal bulan bisa mendapat gaji. Saat ini saya hanya berpikir kesana.
2. No Money Smarts
Millennials pada dasarnya tidak mengerti tahapan sederhana dalam bernvestasi, sehingga mereka bingung kemana seharusnya ia harus berinvestasi.
Pendidikan kita memang alpa dalam mempersiapkan generasi millenialls agar melek finansial. Pengetahuan investasi baru ada ketika seseorang berada di jenjang pendidikan tinggi.
Itupun untuk mereka yang studi ekonomi. Kendati demikian, orang tua punya peran penting dalam mengajarkan mengenai keuangan kepada anak-anaknya sedini mungkin.
Komentar : Beberapa bulan lalu saya menghadiri acara yang berhubungan dengan investasi dari Manulife. Jujur, saya tidak mengikuti dengan seksama dan akhirnya otak saya tidak menerima inti dari investasi yang ditawarkan.
Baru kali itu saya mendapatkan edukasi secara serius tentang investasi, apakah itu jawaban dari faktor mengapa generasi Millenials tidak tertarik berinvestasi.
Apalagi bicara soal peran orang tua, yang saya ingat mungkin hanya saat masih kecil dulu yaitu disuruh menabung. Sisa umur selanjutnya saya benar-benar tidak tahu. Mungkin saat saya menjadi orang tua kelak, saya akan mencoba tidak mengulangi kesalahan ini.
*Ada masih beberapa penjelasan yang panjang, maaf saya tidak sertakan dulu di sini.
3. No Goals
Tak semua millennials tahu mereka akan menjadi apa di masa depan. Kalaupun mereka tahu, kadang mereka tidak tahu apa yang seharusnya mereka persiapkan kelak.
Salah satu hal yang luput dari perhatian millennials adalah kebutuhan hidup setelah pensiun. Ini patut dimaklumi mengingat, masa pensiun terjadi dalam waktu yang lama, sehingga bukan kebutuhan yang mendesak.
Semua orang akan mengalami masa tua di mana orang itu tidak akan bisa lagi bekerja secara aktif. Tentunya, kondisi itu memerlukan uang agar masa pensiun berjalan lebih baik.
Komentar : Setelah membaca ini, saya jadi teringat pernah melakukan investasi sederhana yang dilakukan pihak bank dengan memotong uang saya saat itu. Sayang, saya cuma mengikuti selama 2 tahun saja. Kemudian tidak melanjutkan lagi.
Masa tua, saya belum memikirkan saat ini. Apalagi soal pensiun, mungkinkah saya bisa pensiun saat mengerjakan sesuatu dengan seorang diri.
** 3 alasan ini selesai sampai di sini.
Menghitung tahun 2050
“Padahal, jika seorang millennials berinvestasi Rp 100.000 setiap tahun sampai tahun 2050, dengan asumsi bunga sebesar 10%, maka uang yang dihasilkan melebihi uang yang hanaya ditaruh di bawah bantal selama 30 tahun,” terang Martha.
Komentar : Dari kalimat inilah saya memikirkan tahun 2050, dimana saat itu usia saya menginjak kepala 60 tahun. Bila menghitung kalkulasi yang dimulai dari 100 ribu, maka tahun 2050, saya memiliki dana sekitar 40 juta lebih. Lumayan juga.
...
Postingan saya kali ini terasa lebih berat dari sebelumnya yang membahas
pria 30 tahun. Jujur sih, iya. Saya membuat ini agar tidak monoton saat Anda membaca blog saya ini.
*efek minum kopi ternyata pengaruh juga.
Dari kesimpulan artikel ini, sepertinya saya harus segera memulai berinvestasi. Apakah lewat bank atau perusahaan semacam Manulife. Sepertinya ribet untuk saat ini. Apalagi saya sedang tertarik dengan rekening ponsel, dimana tren menyimpan uang dapat dilakukan lewat ponsel hanya dengan nomor hp. (Saya akan menulis ini nanti).
Sebagai generasi millenials saya akui memang 3 faktor ini menjadi penyebab saya atau pada umumnya memang malas. Tapi mungkin saja, ada sebagian lagi yang memikirkan ini lebih baik.
Semoga postingan ini bermanfaat buat Anda, terutama generasi millenials yang akan menjadi tua suatu hari kelak. Coba renungkan kalimat di bawah ini.
"Semakin seseorang menunda investasi, semakin sedikt uang yang didapat. “Sebab, investasi menganut prinsip compound of interest (bungan ber bunga). Semakin awal Anda berinvesi, nilainya akan semakin besar,” Martha.
Trims.
Original posting klik di sini.
Artikel terkait :
Komentar
Posting Komentar