Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Aku Bukan Wanita Idamanmu


Saya punya kisah asmara yang saya tulis di blog. Waktu itu masih hangat-hangatnya dotsemarang berdiri. Pengalaman waktu itu sangat luar biasa sehingga saya tanpa sadar menceritakan kisahnya. Namun itu jadi bumerang buat saya sekarang. Why?

Beberapa hari menjelang hari raya. Saya masih menikmati kesendirian dan berteman dalam kesunyian. Awal bulan Juli, saya juga memutuskan off update twitter personal saya. Alasannya, saya mau piknik dulu jauh dari hingar bingar manusia timeline dan wanita penggoda yang memasang wajah layaknya bidadari.

Penggoda bukan nakal atau konotasi negatif di sini. Hanya saja kesendirian yang saya lalui tanpa sadar membuat saya ingin sekali memiliki hubungan dengan siapa saja (wanita).

Memberi klasifikasi / kriteria

Ternyata masa lalu yang mengisahkan hubungan asmara lewat blog membuat seseorang melihat saya memiliki klasifikasi / kriteria tinggi terhadap wanita. Saya seperti playboy kelas berat dan pangeran tampan dengan kereta kuda.

Tulisan tersebut rupanya menjadi portofolio yang akhirnya membuat saya lebih buruk lagi di mata wanita. Padahal saat ini, saya akan berteman dengan siapa saja dan kemudian cocok, lalu berlanjut.

Sayang, saya terlanjur banyak bercerita di dunia maya. Saya tanpa sadar memberi klasifikasi terhadap wanita. Sama saja ini membuat mereka tidak ingin maju dan berusaha. *Ah..sungguh bukan itu maksud saya menuliskan kisah asmara saya.


Menulis pengalaman

Saya mohon maaf untuk paparan yang ada di blog saya. Saya tidak bermaksud bahwa itu memberikan saya kelas pria tertinggi atau terendah. Saya hanya menulis pengalaman hidup, dengan siapapun.

Dasyatnya kisah tersebut mungkin sedashyat kisah nyatanya juga. Apa yang saya gambarkan adalah nyata dan itu pernah saya lalui. Baiklah, saya tidak bisa dimaafkan.

Mungkin klasifikasinya berubah

Mungkin kamu mau mencoba dengan saya dan mengubah takdir yang sudah tertulis. Diumur sekarang, saya tak punya klasifikasi begitu tinggi. Memikirkannya hanya membuat saya pusing sendiri.

Ayolah, jangan ragu. Buatkanlah lembaran baru buat saya. Dan saya sebagai penulis, akan menceritakan kisahnya dengan apa yang kita alami. Bukan sebagai perbandingan, hanya saja apa yang kamu baca nantinya juga akan dibaca orang lain.

...

Saya bingung menjawab saat kamu mengatakan 'aku bukan wanita idamanmu'. Saat saya mulai mendesakmu, kamu hanya mengambil dari apa yang pernah saya kisahkan lewat blog.

Saya langsung tersudut dan menjadi malu bahwa saya sendirilah yang membuat saya sulit. Apakah ini bumerang yang saya harus terima. Saya mohon maaf untuk kisahnya.

Mungkin saat kamu berjalan bersama saya, kamu bisa mengubah klasifikasi saya. Apakah saya suka yang sederhana, cantik, kaya atau apa adanya, hanya kamu yang mampu memberi inspirasi pada kisah-kisah saya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya