Catatan

Pria (Tidak) Berharga

Gambar
Saya melihat teman lama yang perutnya membuncit sedang menggendong anaknya. Terlihat senyumnya yang lepas seakan mengatakan bahwa dialah yang paling bahagia di dunia ini. Sebuah pesan kepada para lelaki bahwa ia sudah tiba digaris akhir seorang pria sukses. Lalu, kapan kamu? Entahlah, saya juga bingung mengapa saya berjalan tidak pada semestinya seperti para pria lainnya yang kerap kali membagikan momen-momen bahagianya dengan pasangan dan anak kesayangannya. Memiliki istri yang rupawan, apalagi setia, cakep tuh disebut keluarga kecil yang bahagia. Inilah kekurangan pada diri saya yang mengaku hebat dalam konsistensi, tapi sulit ekonomi. Pria (tidak) berharga Saya kembali memulai perjalanan baru sebagai pria yang kini menginjak usia 38 tahun. Apa yang akan terjadi sepanjang tahun, saya harap itu sangat berharga.  Di umur sekarang ini, saya percaya bahwa 'laki-laki sukses ada keluarga dibelakangnya yang hebat'. Saya merenung sesaat, andai saja saya bisa kembali mengulang waktu s

Berhenti Curhat Dari Sekarang


[Artikel 52#, kategori motivasi] Kesalahan terbesar saya saat ini adalah bercerita hal-hal kehidupan yang dianggap pribadi kepada orang-orang (dekat). Satu sisi memang lega dan membuat rasa percaya orang lain kepada saya begitu besar, namun satu sisi lagi saya merasa dikhianati oleh perasaan saya sendiri.

Sebuah kiriman postingan dari teman di Facebook pada saat akun saya sedang kena hukuman, menarik untuk dibaca yang judulnya 'Saat Emosi, Bolehkah "Curhat ke Orang-Orang Terdekat"? Ternyata Selama Ini 90% Orang Salah Melakukannya!'

Di sana, postingan tersebut juga terinspirasi dari sebuah video yang bercerita dengan tokoh utamanya seorang biksu kecil. Menarik juga dan langsung jleb apa yang ditulis. Seperti menampar perasaan saya yang selama ini begitu percaya dan menderita.

Jangan curhat, baik ke keluarga maupun teman/sahabat

Sebaiknya dari sekarang, kita harus menanggung sendiri semua masalah yang mengaitkan emosi dan kesedihan. Lebih baik disalurkan dengan hal-hal positif seperti minum teh, berjalan-jalan, berolahraga, dan hal-hal yang kita sukai.

Dengan menyalurkannya ke kekuatan fisik, emosi kita dengan sendirinya akan berangsung-angsur pulih. Ya, saya tahu bahwa berolahraga memberikan kebahagiaan.

Sebaiknya dengan orang-orang dekat, kita ceritakan tentang kebahagiaan saja. Jika kita mencari mereka saat perasaan kita tidak baik, terkadang emosi kita malah akan mempengaruhi mereka atau bahkan bisa-bisa kita malah melampiaskannya pada mereka. 

Sedangkan mereka pada dasarnya tidak memiliki kewajiban untuk turut menanggung segala kekesalan, emosi, dan kesedihan yang kita rasakan.

Dan malah seperti bumerang jadinya. Saat kita menceritakan kisah yang sedih, rasanya kita percaya kepada mereka. Namun saat mereka tidak peduli dan pergi, perasaan kita seolah dikhianati. 

Inilah yang saya alami juga rasanya. Orang-orang menjadi dekat setelah saya bercerita, namun juga mereka tentu punya perasaan sendiri yang harus diselesaikan dan akhirnya meninggalkan. Mereka dikira tidak peduli, padahal mereka juga sedang kesulitan.

..

Postingan bagus ini sumbernya ada di sini. Saya dengan umur sekarang, rasanya kok baru tahu sekarang. Apakah kebijaksanaan dan sikap dewasa mempengerahui. 

Semoga orang-orang yang seperti saya dan masih muda, dapat mencurahkan kekesalan, emosi, dan kesedihan ke hal-hal positif yang menjadikan kehebatan mereka di masa depan.

Ingat, berhenti curhat dari sekarang kepada teman bila tidak ingin ditinggalkan. Beri kebahagiaan kepada mereka, sehingga kita merasa tidak dikhianati oleh perasaan. 

Sebenarnya saya sendiri memiliki media blog untuk menaruh emosi saya.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berkenalan dengan Istilah Cinephile

[Review] One Day, Film Korea Tentang Pertemuan Pria dengan Wanita Koma yang Menjadi Roh