Catatan

Pria (Tidak) Percaya Diri

Gambar
Sesulit itukah menjadi pria yang memasuki kepala 40 yang sebentar lagi? Meski masih ada beberapa tahun tersisa, bukankah masih ada harapan? Ayolah, bisa bisa. Yuk, mari mulai kisah baru lagi. Apa kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja. Terkadang ingin mengatakannya seperti itu karena fisik memang baik-baik saja. Namun, sisi mental ternyata tidak baik-baik saja. Banyak persoalan yang dulunya dianggap sepele, sekarang terasa berat jika dipikirkan. Tidak percaya diri Tak banyak hal yang bisa saya ceritakan di-usia 36 tahun . Apakah tidak mengasyikkan atau hanya kedatangan penyakit malas untuk menulis? Rasa percaya diri saya seperti menghilang. Terutama soal hubungan dan pertemanan. Ketika orang terdekat saja bisa menyakiti, bagaimana dengan dua hal tersebut (hubungan dan pertemanan). Di usia 36 tahun, saya tertampar oleh kenyataan yang saya pikir sudah berjalan semestinya. Benteng terakhir saya, keluarga , sangat tidak masuk akal. Jika mereka saja bisa berbuat begitu, lantas apa yang mau

Berhenti Curhat Dari Sekarang


[Artikel 52#, kategori motivasi] Kesalahan terbesar saya saat ini adalah bercerita hal-hal kehidupan yang dianggap pribadi kepada orang-orang (dekat). Satu sisi memang lega dan membuat rasa percaya orang lain kepada saya begitu besar, namun satu sisi lagi saya merasa dikhianati oleh perasaan saya sendiri.

Sebuah kiriman postingan dari teman di Facebook pada saat akun saya sedang kena hukuman, menarik untuk dibaca yang judulnya 'Saat Emosi, Bolehkah "Curhat ke Orang-Orang Terdekat"? Ternyata Selama Ini 90% Orang Salah Melakukannya!'

Di sana, postingan tersebut juga terinspirasi dari sebuah video yang bercerita dengan tokoh utamanya seorang biksu kecil. Menarik juga dan langsung jleb apa yang ditulis. Seperti menampar perasaan saya yang selama ini begitu percaya dan menderita.

Jangan curhat, baik ke keluarga maupun teman/sahabat

Sebaiknya dari sekarang, kita harus menanggung sendiri semua masalah yang mengaitkan emosi dan kesedihan. Lebih baik disalurkan dengan hal-hal positif seperti minum teh, berjalan-jalan, berolahraga, dan hal-hal yang kita sukai.

Dengan menyalurkannya ke kekuatan fisik, emosi kita dengan sendirinya akan berangsung-angsur pulih. Ya, saya tahu bahwa berolahraga memberikan kebahagiaan.

Sebaiknya dengan orang-orang dekat, kita ceritakan tentang kebahagiaan saja. Jika kita mencari mereka saat perasaan kita tidak baik, terkadang emosi kita malah akan mempengaruhi mereka atau bahkan bisa-bisa kita malah melampiaskannya pada mereka. 

Sedangkan mereka pada dasarnya tidak memiliki kewajiban untuk turut menanggung segala kekesalan, emosi, dan kesedihan yang kita rasakan.

Dan malah seperti bumerang jadinya. Saat kita menceritakan kisah yang sedih, rasanya kita percaya kepada mereka. Namun saat mereka tidak peduli dan pergi, perasaan kita seolah dikhianati. 

Inilah yang saya alami juga rasanya. Orang-orang menjadi dekat setelah saya bercerita, namun juga mereka tentu punya perasaan sendiri yang harus diselesaikan dan akhirnya meninggalkan. Mereka dikira tidak peduli, padahal mereka juga sedang kesulitan.

..

Postingan bagus ini sumbernya ada di sini. Saya dengan umur sekarang, rasanya kok baru tahu sekarang. Apakah kebijaksanaan dan sikap dewasa mempengerahui. 

Semoga orang-orang yang seperti saya dan masih muda, dapat mencurahkan kekesalan, emosi, dan kesedihan ke hal-hal positif yang menjadikan kehebatan mereka di masa depan.

Ingat, berhenti curhat dari sekarang kepada teman bila tidak ingin ditinggalkan. Beri kebahagiaan kepada mereka, sehingga kita merasa tidak dikhianati oleh perasaan. 

Sebenarnya saya sendiri memiliki media blog untuk menaruh emosi saya.

Artikel terkait :

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The Crowned Clown, Drama Korea Kerajaan yang Bercerita Raja yang Bertukar Karena Wajah Kembar

Half Girlfriend, Film India Tentang Pria yang Jatuh Cinta dan Tidak Mau Menyerah

I Will Never Let You Go, Drama China Kolosal Tentang Putri Pengemis dan Pangeran Bertopeng