Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kamu Sudah Melakukannya Dengan Baik!


[Artikel 51#, kategori motivasi] Merasa sendiri setelah sekian lama bersama banyak orang. Melakukan hal gila dan bertahan hingga sekarang. Meyakini apa yang dimulai hingga akhir dan tak ada satu pun yang mengerti kamu. Berhentilah menyalahkan diri dan merasa sedih.

'Kamu sudah melakukannya dengan sangat baik.'

Hanya perkataan ini yang bisa saya katakan kepadamu setelah jerih payah dari apa yang kamu yakini dan bangun dari awal. Kalimat sederhana tersebut tidak banyak orang mampu katakan, tapi itu yang ingin kamu inginkan.

Orang-orang berbicara betapa hebatnya kamu yang mampu berdiri sendiri, tanpa kegalauan dan rasa sedih yang begitu dirasakan.

Orang-orang senang mengikutimu dan sangat bangga atas apa yang kamu raih. Mereka sangat menghormatimu dan memujamu bak dewa yang diturunkan dari langit.

Ketika semua puja-puji dirampas, mereka menghilang dan dirimu hanya pergi meninggalkan mereka yang sewajarnya berjalan lurun seperti sedia kala.

Diantara orang-orang tersebut, mereka melupakanmu karena kepentingan terhadapmu sudah selesai. Rasa kagum dan bangga lenyap ditelan waktu.

Mereka seolah lupa bahwa kamu juga manusia yang merasa sedih dan kecewa. Tapi kamu tidak pernah menunjukkan kepada mereka.

Sesekali kamu mengatakan kepada orang yang paling kamu percayai bahwa 'saat aku tersesat dan pergi begitu saja darimu, tolong  panggil aku.' 

Aku mengatakan minta tolong ini karena aku muak ditinggal pergi orang-orang yang dulunya memuji dan berkata manis saat aku berada di atas.

"Tolong aku, jangan biarkan aku pergi lagi berjalan lurus tanpa henti."

...

Kini, kamu tak butuh orang yang memuji dan memujamu atas raihan apa yang kamu peroleh saat ini. Kamu hanya butuh kata-kata 'kamu sudah melakukannya dengan baik'.

Bersantailah sejenak, menikmati tiap menit dan hari yang berganti. Pikirkan dirimu dan sekitarmu. Tenanglah, semua akan baik-baik saja dan kembali ke sedia kala.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya

Blog Personal Itu Tempat Curhat

Sifat Buruknya Pria 29 Tahun