Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Review Event Buat Dipublish di Blog Itu Tidak Bisa Cepat, Alasannya?


[Artikel 43#, kategori blog] Butuh sentuhan perasaan dan personality, jawabannya. Karena sebagai bloger, kekuatan utama mereka adalah sudut pandang yang dibangun, apapun itu. Bila menulis sekedar berisi informasi, maka saya tak perlu disebut sebagai bloger. 

Satu pengalaman seru yang saya alami adalah mengerjakan review event akhir tahun 2017. Kebenaran acaranya dibayar dalam paketan buzzer yang biasanya cuma cuap-cuap di media sosial semacam Twitter dan Instagram.

Karena sifatnya berbayar sesuai kesepakatan di awal, mau tidak mau saya harus meninggalkan prinsip berlama-lama dengan tulisan dari acara yang telah berlangsung. Kejar target, tidak hanya terjadi pada orang-orang pekerja. Bloger pun bisa dituntut seperti  ini, kejar target. Review Event harus publish esok harinya.

Mungkin bila tidak mengikuti acara offline, datang langsung, tugas tersebut mudah dikerjakan. Sayangnya, acara yang berlangsung setelah magrib hingga pukul 10 malam saat saya tiba di rumah dengan sepeda, rasa lelah itu benar-benar terasa. Saya sampai berpikir untuk tidak lagi mendapatkan job seperti ini kelak. Tapi saya pikir dulu aja deh.

Bad review 

Saya tetap patuh pada kesepakatan yang diberikan, mau tidak mau. Sebelum sore tiba, esoknya setelah acara, review event sudah publish juga akhirnya. Tidak ada yang salah dengan tulisan yang saya update di blog dotsemarang. Hanya saja perasaan saya menganggap itu merupakan bad review alias tulisan tanpa perasaan yang biasa saya ungkapkan.

Ini adalah pengalaman yang luar biasa yang jarang saya dapatkan untuk sebuah review berbayar. Terutama kondisinya yang sulit. 

Memang seolah saya membuat si pengajak terlihat buruk dan jadi sering meminta maaf, namun orang tersebut juga tidak bisa berbuat banyak. 

Ia hanya menjalankan tugas saja. Begitupun saya, yang ingin menghargai jerih payah dan mau mengajak dotsemarang sebagai bagian dari event yang diselenggarakan.

Gambar : Ilustrasi
...

Bila kondisinya tidak seperti yang saya ceritakan, mungkin saya harus berhari-hari membiarkan review terbengkalai tanpa target kapan dipublish.

Alasan review event di sebuah blog jangan buru-buru dipublish sudah saya beritahukan di awal paragraf paling atas. Ini hanya soal memasukkan perasaan dan sudut pandang personal si bloger aja agar menarik. 

Tanpa itu, tulisannya mungkin sama dengan media online pada umumnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya