Catatan

Pria Tidak Berdaya

Gambar
Selamat bertambah usia untukku. Di tengah perayaan sederhana yang kuhidupkan lewat tulisan ini, aku memilih tema “Pria Tidak Berdaya” sebagai cermin perjalananku. Bukan untuk meratapi nasib, tapi untuk memeluk kejujuran—tentang diriku, tentang hidup, dan tentang harapan yang masih kugenggam erat meski kadang terasa rapuh. Dalam bahasa Indonesia, “berdaya” berarti punya kekuatan, kemampuan, atau kemauan untuk menghadapi hidup—entah itu menyelesaikan masalah, mengejar mimpi, atau sekadar bangun dari tempat tidur dengan semangat.  Tapi di usia ini, aku merasa berada di sisi sebaliknya: tidak berdaya. Bukan karena aku menyerah, tapi karena hidup terasa seperti permainan yang aturannya terus berubah, dan aku sering kehabisan napas untuk mengejar. Hampa di Tengah Keramaian Di usia 39, aku melihat banyak pria seusia ku hidup dalam ritme yang sepertinya lebih “hidup”. Mereka punya pekerjaan yang memberi kepastian—gaji bulanan yang datang tanpa drama, hanya perlu mengatur apa yang masuk ke ...

Kehilangan Momentum di Awal Tahun 2018


[Artikel 8#, kategori keluarga] Selama ini selalu khawatir setiap keluarga datang akan berpengaruh pada lingkungan pekerjaan. Dan benar saja, saya sudah kehilangan momentum itu. Aktivitas dotsemarang banyak terganggu. Kadang dilema antara mementingkan keluarga atau kepentingan bersenang-senang dalam bekerja.

Perasaan bersalah harus saya alami di awal tahun ketika semangat yang sudah dibangun kandas begitu saja. Mau begini, takut jadinya. Mau begitu, ntar salah jadinya. Dan semua rasa bersalah itu menumpuk menjadi beban yang berdampak dotsemarang belum ada aktivitas hari ini.

Pengalaman sebenarnya banyak mengajari saya untuk lebih luwes terhadap situasi yang datang seperti ini. Hanya saja, kadang semua diluar perkiraan. Sebel, hanya bisa menggerutu dalam pikiran.

Keluarga datang sebenarnya bukanlah hal negatif. Mereka banyak membawa hal positif dan kebahagian yang selama ini tertahan saat fokus pada pekerjaan. Mereka bak sinar matahari ditengah kegelapan bagi kami yang masih bertahan di Semarang.

Kini mereka sudah kembali pulang ke Ibu kota Kalimantan Timur. Sudah seharusnya saya memperbaiki keadaan agar tidak berlarut - larut berantakan. Saya harus lebih semangat lagi untuk dotsemarang. 

Saya harus lebih bijaksana lagi untuk mengalami hal yang sama berikutnya. Dan saya masih ingin belajar menjadi orang baik, tentunya.

Artikel terkait :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Tidak Berdaya